Kebanyakan para ahli psikologi cenderung membedakan pengertian pertumbuhan dan perkembangan.
Istilah pertumbuhan diartikan sebagai “perubahan-perubahan yang
bersifat kuantitatif yang menyangkut aspek fisik jasmaniah,” seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada organ-organ dan struktur organ fisik
sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin besar dan semakin tinggi
badannya.
Ada pula yang mengatakan pertumbuhan adalah suatu proses
pertambahan ukuran , baik volume, bobot dan jumlah sel yang bersifat irreversible
(tidak dapat kembali ke asal). Pertumbuhan adalah Perubahan alamiah secara
kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan menunjukkan kepada suatu fungsi
tertentu yang baru dari organisme atau individu. Pertumbuhan (Growth) adalah
berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pound) ukuran panjang (cm,inchi ), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Pertumbuhan fisik yang terjadi pada diri seseorang adalah
menyangkut semua organ dan struktur organnya, seperti : organ fisik dalam
misalnya jantung, paru-paru, otak dan sebagainya semuanya mengalami
perubahan-perubahan secara kuantitatif yaitu semakin besar, semakin banyak,
semakin lengkap strukturnya, sehingga si anak tinggi badannya dan
pertumbuhannya selesai apabila semua organ fisiknya mencapai kematangan,
sehingga anak mencapai kedewasaan fisik
Banyak ahli yang berpendapat mengenai makna perkembangan namun
semuanya mengakui bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan, perubahan ke arah
yang lebih maju, lebih dewasa. Secara teknis perubahan tersebut biasanya
disebut proses. Jadi pada garis besarnya para ahli sependapat bahwa
perkembangan itu adalah suatu proses.[1]
Dalam buku Sumadi Suryabrata dijelaskan pula pendapat para ahli
dalam beberapa aliran, berikut penjelasannya:
1.
Aliran
Asosiasi
Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat bahwa pada
hakikatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi. Salah seorang tokoh aliran
asosiasi ini yang terkenal adalah John Locke. Locke berpendapat bahwa pada
permulaan jiwa anak itu adalah bersih semisal selembar kertas putih yang
kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam hal ini
Locke membedakan adanya dua macam pengalaman, yaitu :
a.
Pengalaman
luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indra, yang
menimbulkan sensation, dan
b.
Pengalaman
dalam, yaitu pengalaman mengenai keadaan dan kegiatan batin sendiri yang
menimbulkan reflexions
Aliran asosiasi tersebut setidak-tidaknya dalam bentuknya seperti
yang dikemukakan diatas itu kini tinggal ada dalam sejarah, akan tetapi
pengaruhnya dalam lapangan pendidikan dan pengajaran belum lama ditinggalkan
orang. Metode mengajar membaca dan menulis secara sintesis , metode menggambar
secara sintesis, belum lama kita tinggalkan atau malah mungkin masih ada yang
mengikuti, metode-metode tersebut dasar psikologisnya adalah psikologi
asosiasi.
2.
Psikologi
Gestalt
Pengikut-pengikut aliran psikologi Gestalt mengemukakan konsepsi
yang berlawanan dengan konsepsi yang dikemukakan para ahli yang mengikuti
aliran asosiasi. Menurutnya perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam
proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan , sedangkan
bagian-bagian adalah sekunder; bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai
bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bgaian-bagian yang
lain; keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.[2]
3.
Aliran
sosiologis
Para ahli yang mengikuti aliran ini menganggap bahwa perkembangan
adalah proses sosialisasi. Anak manusia mula-mula bersifat a-sosial (prasosial)
yang kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan.
Salah seorang ahli yang mempunyai konsepsi demikian itu yang cukup terkenal dan
besar pengaruhnya adalah James mark Baldwin (1864-1934). Baldwin adalah seorang
ahli dalam lapangan biologi, sosiologi, psikologi dan filsafat. Karya utamanya
dalam lapangan psikologi perkembangan adalah: Mental Development in the
Child and the Race
Pengaruh Baldwin terutama karena hipotesisnya tentang Circuar
Reaction . Dengan berpangkal kepada kesejajaran antara ontogenesis dan
phylogenesis Baldwin menerangkan perkembangan sebagai proses sosialisasi
dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan
seleski ini berlangsung atas dasar hokum efek (law of effect). Juga
perilaku tingkah laku pribadi diterangkan sebagai imitasi. Kebiasaan adalah
imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi adalah peniruan terhadap
orang lain. Oleh efeknya sendiri tingkah laku atau aktivitas dapat dibangunkan
atau dipertahankan. Oleh efeknya sendiri ittu aktifitas mendapatkan faedah atau
prestasi yang lebih tinggi. Dalam hal yang demikianlah terkandung daya kreasi,
sehingga manusia mampu menemukan dan menggunakan alat-alat yang imbul dari
peniruan diri sendiri.
Menurut Sunarto (1999) dalam kehidupan anak ada dua proses yang
beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang
menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua
proses ini berlangsung secara interdepensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara
pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar