• ayo belajar bersama, sharing bersama, dan berbagi bersama tentang psikologi

Kamis, 09 Oktober 2014

Siswa Efektif

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengarhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni[1] :
1.      Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;
2.      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3.      Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran

1.      Faktor Internal Siswa
a.       Faktor fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan., khususnya yang disajikan di kelas.
b.      Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pmbelajaran siswa, namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1)      Inteligensi Siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
2)      Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afktif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positive maupun negative. Sikap siswa yang positive merupakan pertanda yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negative siswa teradap mata pelajaran maka akan menimbulkan kesuitan belajar siswa tersebut.
3)      Bakat Siswa
Sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untukmencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa disebut juga sebagai talented child , yakni anak berbakat.
4)      Minat siswa
Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
5)      Motivasi siswa
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsic; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsic siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
2.      Faktor Eksternal
1)      Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
2)      Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa
3)      Faktor Pendekatan Belajar
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive.

Ciri anak yang cerdas
Ia mempunyai energy yang lebih besar, dorongan ingin tahunya lebih besar, sikap sosialnya lebih baik, aktif, lebih mampu melakukan abstraksi, lebih cepat dan lebih jelas menghayati hubungan-hubungan, bekerja atas dasar rencana dan inisiatif sendiri, suka menyelidiki sesuatu yang baru dan lebih luas, lebih mantap dengan tgas-tugas rutin yang sederhana, lebih cepat mempelajari proses-proses mekanis, tdak menyukai tugas-tugas yang belum dimengerti, tidak suka menggunakan cara hafalan dengan ingatan, percaya pada abilitas sendiri, malas mempelajari hal-hal yang tidak menarik minatnya. Selain itu, ia dapat menempatkan dan mengatur bahan-bahan, menemukan dan merumuskan hubungan-hubungan dan kesimpulan-kesimpulan, membaca bahan-bahan yang lebih sulit. Ia dapat membantu anak-anak yang lebih rendah daripadanya untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin yang lebih sulit. Anak ini dapat dilatih untuk mendiagnosis diri sendiri dan merencanakan perbaikan sendiri dengan bekerja.
  
Anak sebagai siswa. Psikologi beajar dan mengajar Dr.Oemar Hamalik. Sinar baru algensindo. Bandung:1992
1.      Karakteristik masa kanak-kanak
Anak menyenangi suatu proses
Anak-anak tidak mempunyai tilikan dan pengalaman yang memungkinkan mereka dapat menerima dengan sepenuh hatitujuan-tujuan yang dirumuskan oleh orang dewasa. Jika anak bertanya tentang sesuatu yang penting bukanlah jawabannya yang menjadi tujuan, melainkan proses berbicaranya itu sendiri atau bertanyanya itu sendiri.
Kebutuhan dasar anak-anak:
a.       Kebutuhan tentang tujuan-tujuan yang dekat
b.      Kebutuhan akan sukses
c.       Kebutuhan terhadap hal-hal yang rutin dan konsisten
d.      Kebutuhan untuk bermain
e.       Kebutuhan akan pendidikan dari orang tua
2.      Remaja sebagai siswa
Studi tentang remaja agak sulit karena para remaja sudah mulai banyak meninggalkan lingkungan rumah dan memasuki lingkungan kebudayaan yang lebih luas. Banyak ilemaa para remaja disebabkan oleh hal-hal yang bersifat kultural.




[1] Syah,Muhibbin, Psikologi Belajar. RajawaliPress. Jakarta:2003

Asesmen Dalam Psikologi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Praktik-praktik asesmen seharusnya terkait erat dengan pengajaran, praktik tersebut seharusnya mencerminkan tujuan tujuan pengajaran kita, memandu strategi pengajaran kita, serta meyediakan cara bagi kita untuk melacak kemajuan siswa di sepanjang kurikulum. Dan paling tidak asesmen merupakan pengajaran , artinya asesmen memberi siswa pesan yang jelas tenang hal-hal apa yang di anggap paling penting untuk mereka ketahui dan mampu mereka melakukan
Kita harus memikirkan bagaimana kita menilai pembelajaran dan prestasi siswa sehari-hari dan secara lebih formal melalui pengamatan perilaku mereka sehari-hari dan secara lebih formal melalui tugas dan ujian yang telahdi rencanakan sebelumnya.
Praktik-praktik asesmen kelas salaing berkaitan dengan setiap aspek lain dari fungsi kelas. Praktik-praktik itu memepengaruhi perencanaan dan pengajaran kita di masa mendatang (apa yang kita ajarkan, bagaimana kita mengajarkannya, dan apakah kit amengulang dan mengajarkan sesuatu untuk kedua kalinya), iklim di kelas (apakah secara psikologis terasa aman atau mengancam), serta motivasi dan efek siswa (apakah siswa mengembangkan tujuan performa ataukah tujuan penguasaan, apakah mereka merasa percaya diri atau cemas). Hanya ketika kita memepertimbangkan setiap peran integral dari asesmen di kelas, kita dapat benar-benar memperoleh manfaatnya untuk membantu siswa mencapai tujuan tujuan penagajaran yang penting.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud Asesment psikoedukasional: prinsip dan persoalan?
2.      Apa saja macam-macam Asesment psikoedukasional: prinsip dan persoalan di dalam sekolah?
C.    Tujuan 
1.      Untuk mengatahui pengertian Asesment psikoedukasional: prinsip dan persoalan.
2.      Untuk mengetahui macam asesment psikoedukasional: prinsip dan persoalan di dalam sekolah.


BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Menggunakan Assesmen untuk Berbagai Tujuan
  1. Prinsip asesmen
Penelitian asesmen adalah proses mengamati sebuah sampel dari sebuah prilaku seseorang siswa dan mengambil kesimpulan tentang pengetahuan dan kemampuan siswa tersebut, dari definisi tersebut, pertama asesmen melibatkan pengamatan terhadap prilaku siswa yang dikemukakan oleh kaum behaviorisme yaitu sangat mustahil dalam kepala siswa dan melihat pengetahuan yang mengendap disana kita hanya dapat melihat bagaimana siswa berprilaku dalam situasi-situasi tertentu.  Kedua asesmen biasanya meliputi hanya sebuah sampel prilaku kita tentu saja tidak dapat mengamati dan melacak setiap hal yang di lakukan siswa di sekolah. Ketiga asesmen melibatkan pengambilan kesimpulan berdasarkan perilaku yang di amati untuk membuat asesmen tentang prestasi siswa secara keseluruahan siswa. Karna itu , sangat penting kita memilih perilaku yang dapat menyediakan perkiraan akurat tentang apa yang di ketahui dan dapat di lakukan siswa. 
Dalam tujuan asesmen ini ada berbagai tujuan di antaranya :
a.       Asesmen dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam belajar. Rata-rata siswa mempelajari materi lebih banyak dikelas, karena lebih sering dan mempelajarinya lebih baik ketika mereka diberitahu bahwa akan di uji atau memiliki tanggung jawab pada materi tersebut.  dalam arti asesmen sangat efektif sebagai motivator sebagai acuan kreteria, sejalan dengan tujuan dan sasaran pengajaran, serta mengantar siswa untuk menunjukkan performa terbaik mereka. Self-efficacy  dan atribusi siswa tentu saja mempengaruhi perspepsi mereka terhadap tangtangan itu: siswa perlu yakin bahwa kesuksesan suatu tugas sangat mungkin jika mereka mencurahkan usaha yang memadai dan menggunakan strategi yang tepat. Meskipun asesmen rutin dikelas akan sangat memotivasi kita harus ingat bahwa dalam dan dari dirinya sendiri asesmen itu adalah motivator intrinsik. Jadi, asesmen ini mungkin mengarahkan perhatian siswa kearah tujuan performa dan mengikis setiap motivasi intrinsik untuk belajar.
b.      Asesmen dapat mempengaruhi proses-proses kognitif tertentu di dalamnya siswa terlibat. Siswa mengambil kesimpulan tentang tujuan pengajaran kita sebagian dari cara kita menilai pembelajaran mereka. Jadi, tugas asesmen yang berbeda dapat membuat mereka belajar secara berbeda.
c.       Asesmen dapat berperan sebagai pengalaman belajar dalam dan dari dirinya sendiri. Proses menyelesaikan suatu assessment mengenai materi kelas membantu siswa mempelajari materi itu secara lebih baik, khususnya apabila tugas-tugas assessment itu meminta siswa mengelaborasi materi it dengan cara tertentu. Namun ada dua kualifikasi yang penting untuk di catat. Pertama, assessment membantu siswa mempelajari hanya materi yang secara spesifik yang terkait dengannya. Kedua, ketiga kita menyajikan informasi yang tidak benar mengenai sebuah assessment (sebagaimana sering kita lakukan dalam pertanyaan benar salah dan pilihan ganda), siswa mungkin pada akhirnya mengingat misinformasi itu sebagai benar alih-alih salah. Untungnya misiinformasi semacam itu tidak terlalu berdampak besar pada pemahaman siswa dikemudian hari.
d.      Asesmen dapat memberikan umpan balik yang berharga tentang apa yang telah dan belum mereka kuasai. Untuk memfasilitasi pembelajaran siswa, dan akhirnya meningkatkan self efficacy guna menguasai pokok bahasan umpan balik assessment harus mencakup informasi konkrit tentang dititik mana siswa berhasil, dititik mana siswa mengalami kesulitan, dan bagaimana mereka memperbaiki performanya.

  1. Beragam Bentuk Assesmen Pendidikan
            Ada beberpa bentuk assessmen pendidikan yaitu :
1)      Assessment informal vs assesmen formal.  
Assesmen informal  melibatkan pengamatan spontan dan tak terencana tentang sesuatu yang dikatkan atau dilakukan siswa dikelas. Assesmen formal direncanakan sebelumnya dan digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menentukan apa yang telah dipelajari oleh para siswa dari unit geografi atau apakah mereka dapat menerapkan dalil pitagoras untuk masalah sehari-hari. Assesmen formal  bersifat formal dalam arti bahwa ada wktu tertentu yang diluangkan utnuk assessment tersebut, dan ditujukan untuk menghasilkan informasi tentang tujuan pengajaran tertentu atau standar isi.
2)      Assesmen tertulis vs assesmen performa.
Sebagai guru, kadang kita ingin memilih assesmen tertulis (paper, pencil, assesmen), dimana kita menyajikan pertanyaan untuk dijawab, topic-tpoik untuk dibahas, atau masalah untuk dipecahkan, dan siswa harus menuliskan jawaban mereka dikertas. Kita mungkin juga menemukan kegunaan assesmen performa, dimana siswa mendemosnstrasikan (menampilakan kemampuan mereka misalnya, memberikan presentasi lisan, melompati papan loncat, atau mengidentifikasi asam basah dilabolatorium kimia).
3)      Assesmen tradisional vs assesmen otentik.
Secara historis sebagian besar instrument asesmen pendidikan berfokus kepada pengukuran, pengetahuan dan ketrampilan dasar secara relative terpisah dari tugas-tugas yang biasanya ditemukan di dunia luar. Kuis ejaan, soal cerita matematika, dan tes kebugaran fisik adalah contoh asesmen tradisional. Namun, pada ahirnya siswa harus mampu mentransfer pengetahuan dan kemampuan mereka ke tugas-tugas komplek di luar kelas. Gagasan asesmen otentik mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa dalam sebuah kontek kehidupan nyata.
Di beberapa situasi, asesmen otentik melibatkan kertas dan pensil. Misalnya, kita harus meminta siswa menulis sebuah surat kepada teman atau mengembangkan sebuah Koran sekolah. Namun di berbagai kasus, asesmen otentik didasarkan pada performa tak tertulis dan terintegrasi erat dengan pengajaran .misalnya, kita mungkin meminta siswa memanggang kue, bercakap-cakap dalam bahasa asing, atau memarkir mobil tepat pada posisinya. Sebagai guru, kita harus mempertimbangkan apa yang seharusnya mampu dilakukan para siswa ketika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa dan praktek asesmen kita harus dalam batasan tertentu yang mencerminkan kehidupan yang nyata tersebut.
4)      Tes terstandarisasi vs Asesmen yang dikembangkan guru
Terkadang asesmen kelas mencakup tes yang dikembangkan oleh para ahli yang menyusun tes dan dipublikasikan untuk digunakan diberbagai sekolah. Tes-tes tersebut yang umumnya disebut tes terstandarisasi, dapat berguna dalam menilai prestasi umum dan tingkat kemampuan siswa. Namun ketika kita ingin menilai pembelajaran dan pencapaian siswa yang terkait dengan sasaran-sasaran pengajaran tertentu misalnya apakah siswa telah menguasai pembagian panjang atau dapat menerapkan apa yang baru saja mereka pelajari di pelajaran ilmu social. Kita biasanya akan menyusun instrument asesmen yang dikembangkan guru.
5)      Asesmen acuan kriteria vs asesmen acuan norma
Beberapa instrument asesmen dirancang untuk member tahu apa yang telah dan belum dicapai siswa relative terhadap standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, ini adalah asesmen acuan kriteria. Instrument asesmen lainnya mengindikasikan seberapa baik prestasi setiap siswa dibandingkan dengan performa teman-teman sebaya. Asesmen acuan norma akan member tahu kita seberapa baik siswa dibandingkan dengan orang lain yang berusia sama atau di tingkat yang sama.
Setiap asesmen apapun berpotensi memberitahu kita baik tentang apa yang telah dipelajari siswa maupun bagaimana prestasi mereka dibandingkan teman-temannya. Meskipun demikian, dalam kenyataannya pendidik yang berpengalaman cenderung menyusun dua jenis asesmen yang berbeda. Idealnya, berbagai pertanyaan dan tugas dalam asesmen acuan kriteria terikat erat dengan pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang kita harap dimiliki siswa. Jika semua siswa telah menguasai pokok bahasan pada tingkat yang sama tentu besar sekali kemungkinan bahwa mereka semua akan memperoleh skor yang sama. Jika kita ingin tahu bagaimana siswa berbeda satu sama lain dan kita akan mengidentifikasi beberapa kondisi di dalamnya kita akan mengetahui hal tersebut kita harus memiliki suatu instrument untuk menghasilkan variabelitas dalam skor.

  
BAB III
STUDI KASUS

A.       Kasus
Bu Siti mengajar pelajaran matematika di sekolah dasar yang kemampuan maematikanya rendah. Dia baru saja mengambalikan setumpuk kertas tes yang telah dinilainya, dan diikuti dengan berdiskusi si dalam kelas. Bu Siti terkejut saat mengoreksi pekerjaan dari siswanya yang ternyata banyak yang mendapat nilai yang buruk. Kemudian bu Siti mengembalikanny lagi kepada para siswa, bu Siti menyuruh siswanya untuk mengerjakan setiap soal yang salah untuk untuk di kerjakan kembali saat di rumah dan bertanggung jawab untuk memeperbaikinya, bu Siti juga meminta agar hasil perbaikan di kembalikan lagi kepadanya dengan jawaban yang benar semua. Dan dia juga mengatakan kalau tes ini dikembalikan harus ada tandatangan dari orang tua baik ayah maupun ibu, kalau siswa tidak mengambalikan dengan tandatangan oragtua masing-masing, bu Siti akan menghubungoi orang tua tersebut.

B.     Analisis kasus
Dari kasus di atas ada satu hal yang di ketahui pasti oleh bu Siti adalah bahwa siswanya memilki performa yang buruk dalam tes matematika terakhir. Dari fakta ini, Dia berasumsi bahwa mereka belum menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang akan di nilai lewat tes tersebut.  Dari kasus ini sangat mustahil apakah komentar dari Bu Siti memotivasi para siswa untuk bekerja lebih keras dalam matematika. Meski demikian, dia tidak sedang meningkatkan motivasi intrinsic. Dengan berfokus pada nilai tes siswa dan paraf orang tua, dia lebih membantu mengembangkan tujuan performa dari pada tujuan penguasaan.
Menggunakan asesmen di kelas untuk meningkatkan pembelajaran dan prestasi
1.      Berilah ujian pendahuluan (pretest) formal atau informal untuk menetukan dari mana memulai pengajaran
2.      Pilih atau kembangkan instrumen pengajaran yang mencerminkan pengetahuan dan ketrampilan actual.
3.      Buatlah instrumen asesmen yang mencerminkan bagaimana guru menginginkan siswanya memikirkan dan memproses secara kognitif informasi ketika mereka belajar
4.      Gunakan tugas asesmen sebagai pengalaman dan daari dirinya

5.      Gunakan asesmen untuk memberi siswa umpan balik yang spesifik tentang apa yang telah dan belum mereka kuasai.

KONSEP DIRI MAHASISWA PENGHAFAL AL-QUR’AN

KONSEP DIRI MAHASISWA PENGHAFAL AL-QUR’AN

ARFIN NURMA HALIDA – 10410003 FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan IPTEK saat ini menuntut Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lain. Dengan demikian mutupendidikan kita harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan negara lain. Hal tersebut diperlukan karena akan menjadipenopang utama pembangunan nasional yang mandiri dan berkeadilan sertamenjadi jalan keluar bagi bangsa Indonesia untuk terlepas dari kemiskinan danpengangguran.Pendidikan sebagai langkah perwujudan sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas harus perlu ditingkatkan.
Lembaga pendidikan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan manusia yang mampu mengemban tugas negara sebagai pelaksana dalam pembangunan, karena pada dasarnya proses pembangunan sangat membutuhkan peran aktif dari sumber daya manusia yangprofesional dan berkualitas.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 berbicara tentang sistem Pendidikan Nasional bab I pasal I, pendidikan di definisikan sebagai sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian ,kecerdasan dan ketrampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara
Untuk membentuk suatu konsep diri yang baik, terlebih dahulu harus mengenal diri sendiri, karena diri (self) merupakan suatu kunci utama dari rangka kehidupan. (James, 1902, dalam Jerselid, 1954), mengatakan diri merupakan komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya, tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapa dia itu, perasaannya tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan segala miliknya.
Sudah menjadi kewajiban seluruh umat islam untuk mempelajari dan memahami ayat-ayat Al Qur'an, karena Al Qur'an adalah kitab suci bagi umat islam yang diyakini kebenarannya, karena didalamnya terdapat kandungan – kandungan hukum yang mengatur tata hidup manusia. Banyak sekali hadis – hadis Nabi yang menjelaskan tentang betapa pentingnya mampelajari Al Qur'an. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thoroni ;
عن أنس رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من علم ابنا له القرآن نظراغفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر ومن علمه إيا ه ظاهرا فكلما قرأ الابن اية رفع الله بها للأبي درجةحتى ينتهي الى اخر ما معه    رواه الطبرني 
Artinya ;
Dari Annas r.a. berkata; Rosululloh Saw. Bersabda "Barang siapa yang mengajarkan Al Qur'an terhadap anaknya dengan membaca, maka dosa – dosanya yang lampau dan yang akan datang akan diampuni. Dan barang siapa yang mengajarkan Al Qur'an terhadap anak – anaknya dengan menghafal, maka Allah mengangkat derajatnya ketika anaknya membaca Al Qur'an[1]." HR. Imam Thobroni.
Dari uraian hadis diatas dapat dipahami bahwa betapa pentingnya orang tua mengajarkan Al Qur'an terhadap anak – anaknya, apalagi sampai pada tahap menghafalkannya. Dalam hadis yang juga disebutkan,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ,اشرف امتي حملة القرآن واصحاب الليل     الحديث
Artinya,
Rosululloh bersabda "Umatku yang paling mulia adalah yang hafal Al Qur'an dan yang selalu menjalankan sholat malam" Al hadis.
Namun disisi lain umat islam juga dituntut untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum yang berkaitan erat dengan kehidupan dunia sebagai bekal untuk hidup dan untuk menyesuaikan zaman agar umat islam tidak tertinggal utamanya dikalangan santri – santri Pondok Pesantren.
Berdasarkan pengantar diatas, dapat dimengerti  pentingnya belajar bagi insan dalam rangka mengenal dan mengetahui kejadian dan peristiwa alam yang terjadi sebagai modal untuk mengenal lebih lanjut peristiwa yang terjadi disekitarnya. Didalam agama islam semua kejadian – kejadian yang ada didunia ini telah termaktub dalam Al Qur'an sebagai Kalam Allah yang harus dipelajari dan dimengerti oleh setiap umat islam sebagai pedoman hidup dalam melakukan aktifitas sehari – hari serta untuk memahami dan mengetahui lebih jauh tentang peristiwa yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1        Bagaimana Konsep diri mahasiswa penghafal Al-Qur’an di Fakultas Psikologi UIN Malang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep diri mahasiswa penghafal Al-Qur’an di Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang
  
BAB II
KAJIAN TEORI

A.    KONSEP DIRI
1.      Pengertian
Konsep diri merupakan tema utama psikologi humanistik yang muncul belakangan ini, pembicaraan tentang konsep dapat di lacak sampai William James. James"The I", diri yang sadar dan aktif dan "The Me", diri yang menjadi obyek renungan kita. Menurut William James, ada dua jenis diri, yaitu "diri" dan "aku". Diri adalah Aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai obyek (Objective Self), sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir dan berkehendak (Subjective Self).
(Beck,Willam dan Rawlin,1986:293),Mengatakan terdapat banyak aspek yang menyangkut diri adalah sesuatu yang biasa bagi Psikologi. Ada lima aspek dari Diri yaitu :
1.      Fisik diri, termasuk tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung didalamnya, walaupun banyak orang mengidentifikasikan diri mereka lebih pada akal pikiran dari pada dengan tubuh mereka sendiri.
2.      Diri sebagai proses, suatu aliran akal pikiran, emosi, dan perilaku yang kontan.
3.      Diri sosial, merupakan sebuah konsep yang penting bagi ahli ilmu-ilmu sosial. Diri sosial terdiri atas akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain dan masyarakat.
4.       Konsep diri, suatu pandangan pribadi yang memiliki seseorang tentang dirinya masing-masing.
5.      Cita diri, merupakan faktor yang paling penting dari perilaku dan berkaitan erat dengan konsep diri.

Willian D. Brooks dalam bukunya "Speech Communication", mengatakan "self concept then, can be defined as those physical, social, and psychological perceptions of our selves that we have from experiences and our interaction with others", konsep diri ialah semua presepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.
Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan "apa dan siapa sebenarnya aku" dan "apa sebenarnya yang harus aku perbuat". Untuk menunjukan apakah konsep diri yang konkret sesuai atau terpisah dari perasaan dan pengalaman organismik, Rogers mengajukan dua konsep diri yaitu :
1.      Incongruence :
Ketidaksesuaian antara konsep diri dan pengalaman organismik disebabkan adanya persaingan diri yang mendasar dalam individu. Dalam hal ini, individu merasa diancam dan takut karena. Dia ternyata tidak mampu menerima secara terbuka dan fleksibel semua pengalaman dan nilai orgnaismik dalam konsep dirinya yang terlalu sempit. Akibat dari semua ini ialah konsep diri utuh, tingkah lakunya definsif, pikirannya kaku dan picik.
2.      Congruence :
Situasi saat pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan asli.
2.      Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri, Jalaluddin Rakhmat (1994) membagi 4 faktor yaitu :
a.       Orang lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu.
b.      Significant Others
Dalam perkembangannya, meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.
c.       Affective Others
Orang lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita. Dari merekalah secara perlahan-lahan, kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan dan pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Sebaliknya ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif.
d.      Kelompok rujukan (Reference Group)
Dalam pergaulan masyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh pada konsep diri kita. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.

B.     Tinjauan Tentang Program Hafalan Al Qur'an
1. Pengertian Program dan Hafalan
Istilah kata program adalah berasal dari bahasa Inggris "Programma" yang berarti sebuah rancangan mengenal asas kata serta usaha untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan kata hafalan adalah terjemahan dari kata "Hafadha"yang berarti penjagaan terhadap sesuatu tanpa melihat tak yang ada pada buku.
2. Pengertian Al Qur'an
Pengertian Al Qur'an secara bahasa adalah bacaan, karena kata Al Qur'an adalah bentuk masdar dari fiil madli قرأ-يقرأ-قرأن [21]. Sedangkan pengertian Al Qur'an secara istilah terdapat beberapa pendapat antara lain :
a. Chudlori Beik mendefinisikan sebagai berikut ;
القرأن هو اللفظ العربى المنزل على محمد لتدبر وتذكر المنقل متوترا وهو ما بين دفتين المبتؤبسرة الفاتحة والمختوم بسورة الناس المتعبد بتلاوته
Artinya :
"Al Qur'an adalah Kitabulloh yang memakai lafadh Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk dimengerti dan dipelajari yang disali dengan jalan mutawattir, ditulis diantara dua sampul yang dimulai dengan fatihahdan diakhiri dengan surat An Nas dan bernilai ibadah dalam membacanya
b. Masyhurul Ulama' mendefinisikan sebagi berikut ;
Al Qur'an adalah Kalamulloh yang diturunkan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril yang mengandung mu'jizat yang disalin dengan jalan mutawattir dan benilai ibadah bagi yang membacanya
c. Subhi Shohih mendefinisikan sebagai berikut ;
Kalamulloh yang merupakan yang diturunkan pada Nabi Muhammad dan ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawattir serta membacanya adalah ibadah
Berdasarkan dari definisi diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa arti dari program hafalan Al Qur'an adalah rencana menghafalkan ayat – ayat Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara keseluruhan dari surat Al fatihah sampai surat An Nas dengan tujuan ibadah pada Allah dan menjaga Al Qur'an dari kesalahan.
3. Kedudukan Al Qur'an dalam Islam
Dalam islam Al Qur'an mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, karena Al Qur'an selain sebagai kitab suci bagi orang islam juga sebagai sumber hukum yang pertama dan sebagai rujukan untuk menuntaskan perselisihan sebagaimana firman Allah QS. An Nisa' : 59
ياأيهاالذين امنوااطيعواالله والرسول واولى الأمر منكم فان تنازعتم فى شيئ فردوه الى الله والرسول ان كنتم تؤمنون بالله واليوم الأخر

"Wahai orang – orang yang beriman taatlah kamu semua pada Allah dan Rosul dan orang – orang yang mengatur Pemerintahan dari kamu semua dan apabila kalian berselisih terhadap sesuatu maka kembalikan pada Allah dan Rosul apabila kamu semua beriman pada Allah dan hari akhir". QS. An Nisa' : 59
Bagi kalangan muslim ortodoks Al Qur'an tidak sebagai firman Allah yang abadi (Unkreated) dan sebagai sumber hukum akan tetapi tidak sedikit yang ekspresikan dengan memakai unsur – unsur yang diciptakan seperti kata – kata, suara dan huruf, tetapi juga sebagai pola semua kesempurnaan linguistik meskipun bukan puisi. Seperempat terakhir kandungan Al Qur'an merupakan ayat – ayat yang puitisnya sangat tinggi.
b. Kedudukan Al Qur'an selain sebagai sumber hukum juga sebagai petunjuk bagi orang – orang yang tahu dalam hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqoroh ; 2
ذلك الكتب لاريب فيه, هدا للمتقين
"Kitab ini tidak ada keraguan sama sekali didalamnyapetunjuk bagi orang – orang yang taqwa".QS. Al Baqoroh ; 2.
Dengan demikian maka barang siapa menjadikan didalamnya sebagai petunjuk maka baginya akan tidak tersesat sebagaimana hadits Rosululloh ;
تركت فيكم امرين ان تمسكتم بهما لن تضلوا ابدا كتاب الله وسنة رسوله
"Aku tinggalkan bagimu dua perkara apabila kamu berpegang padanya maka kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al Qur'an dan sunnah Rosul[26].

c. Kedudukan Al Qur'an dalam islam selain sebagai sumber hukum yang utama dan sebagai petunjuk bagi orang – orang yang taqwa juga sebagai pemberi peringatan kepada seluruh alam. Dalam surat Al Furqon dijelaskan sebagai berikut
تبارك الذين نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Qur'an kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam". QS. Al Furqon ; 1.
4. Tujuan Hafalan Al Qur'an
Apapuun tujuan yang pokok dalam hafalan Al Qur'an adalah untuk menjaga kalamullah dari penyelewangan yang di buat oleh orang –orang yang akan menghancurkan islam serta menjaga keaslian ayat-ayat Al Qur'an.
5. Manfaat Hafalan Al Qur'an
Diantara sekian banyak manfaat menghafalkan Al Qur'an adalah :
1. Melatih pribadi seseorang untuk berlaku disiplin dalam segala hal, karena bagi   seseorang yang menghafal Al Qur'an dibentuk untuk selalu menjaga ayat-ayat Al Qur'an sampai datangnya ajal.Dalam sebuah hadis disebutkan.
Artinya :
Sesungguhnya rasulullah bersabda barang siapa hafal Al Qur'an lalu ia melupakan maka ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dengan keadaan sakit lepra.(HR. Abu Dawud.)
2. Agar mendapatkan ketentraman jiwa sebagaimana sabda Rosulullah
ما اجتمع قوم فى بيت من بيوت الله بتلون كتاب الله ويتدارسونه الاانزلت عليهم السكينة عليهم وغشيهم الرحمه وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنذه (رواه مسلم والترمذى وابن مجه وابو دود)
Artinya :
Tidaklah kaum yang berkumpul dalam rumah – rumah Allah dengan membaca kitab Allah dan mempelajari Al Qur'an melainkan baginya diturunkan ketenangan dan dihujani rahmat dan di kelilingi malaikat dan mereka di sebut-sebut Allah di sisinya." (HR. Muslim, Turmudzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud.)
3. Doanya terkabulkan sebelum ia meminta. Rosululloh bersabda dalam hadits qudsi.
عن ابى سعيد الحذرى : عن النبى صلى الله عليه وسلم قال : يقول الرب نحسانه وتعالى : من شغله القرأن وذكرى عن مساء التى اعطيطه افضل ما اعطى السائلين (رواه البيهقى والدارمى والترمذى)
Artinya :
Dari Abu Said Al Hudry dari Rosululloh SAW bersabda Allah berfirman "Barangsiapa disibukkan dengan Al Qur'an dan mengingatku sehingga dia tidak sempat memohon kepada-Ku, maka Aku berikan yang lebih baik dari orang – orang yang meminta kepada-Ku". (HR.Baihaqi, Ad-Darimi dan Turmudzi)
4. Tajam ingatannya dan bersih instuisinya.
      Ketajaman ingatannya dan kebersihan instuisinya itu muncul Karena seorang penghafal Al Qur'an selalu berupaya mencocokkan ayat – ayat yang dihafalkannya dan membandingkan ayat – ayat tersebut keporosnya, baik dari segi lafadh maupun dari segi pengertiannya. Sedangkan bersihnya instuisi itu timbul karena seorang penghafal Al Qur'an senantiasa berada dalam lingkungan  dzikrulloh dan selalu dalam kondisi keinsyafan yang selalu meningkat, karena ia selalu mendapat peringatan dari ayat – ayat yang dibacanya. Nabi bersabda ;
ان القلوب لنصد أكما يصدأ الحديد قيل يا رسو ل الله وما جلائها قال قرأة القرأن (رماه ابو دود)
Artinya ;
"Sesungguhnya hati itu mesti berkarat sebagaimana besi, kemudian sahabat bertanya ; Wahai Rosululloh apa penawarnya ? Jawab Nabi (penawarnya) adalah baca Al Qir'an". (HR Abu Dawud)
5. Memiliki identitas yang baik dan berprilaku jujur.
Seorang yang hafal Al Qur'an sudah selayaknya bahkan menjadi kewajiban untuk berprilaku jujur dan berjiwa Qur'ani. Identitas demikian akan selalu terpelihara karena jiwanya akan selalu mendapatan peringatan – peringatan dari ayat – ayat Al Qur'an yang dihafalkannya. Betapa indah identitas yang diberikan Rosululloh kepada para pembaca Al Qur'an. Dalam sebauh hadis disebutkan
عن ابى موسى الأشعرى رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مثل المؤمن الذىيقرأ القرأن ثل الأترجه ريحها طيب وطعمها طيب, ومثل المؤمن الذى لايقرأ القرأن كمثل التمرة لاريح لها وطعمها حلو ومثل المنافق الذى يقرأ القرأن مثل الريحانه ريحها طيب وطغمها مر, ومثل المنا فق الذى لايقرأ القرأن كمثل الحظلة ليس لها ريح وطعمها مر (متفق عليه)
Artinya ;
Dari Abi Musa Al Asy'ari berkata Rosululloh bersabda perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur'an bagaikan buah jeruk, baunya harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan buah kurma, tidak ada baunya tapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafiq yang membaca Al Qur'an bagaikan parfum, baunya harum rasanya pahit. Perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan buah kamoragan, tidak berbau tapi rasanya pahit". (Muttafaqun Alaih)             
6.      Fasih dalam bicara
7.      Orang banyak membaca Al Qur'an akan membentuk ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fanetik Arab pada landasannya secara alami. Allah berfirman
وانه لتنزيل رب العالمين, نزل به الروح الأمين, على قلبك لتكون من المنذرين, بلسانك عربي مبين. (الشعرء)
Artinya ;
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar Ruhul Al Amin. Kedalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi peringatan. Dengan Bahasa Arab yang jelas". (QS. Asy Syu'aro')
  
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah atau medan terjadinya gejala. Secara metodologik peneliti mengumpulkan data, menganalisanya danmenarik kesimpulan. Dan hal yang penulis perhatikan adalah kutipanpendapat dan dokumen-dokumen kepustakaan. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis yaitu mendiskripsikan ataupun menafsirkan hasil penelitian yang ditemukan dengan keadaan sebenarnya dengan tidak menggunakan prosedur statistik atau perhitungan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulandata sebagai berikut:
1.      Metode Observasi yaitu: suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan danpencatatan yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yangdiselidiki.
2.      Metode Dokumentasi yaitu: suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun danmenganilisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambarmaupun elektronik
3.      Metode Interview adalah pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yangdikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuanpenelitian

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Didalam Al-Quran disebutkan, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya; sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (Q.S.91:7-10). Jadi manusia diberi pengetahuan tentang hal-hal yang positif dan negatif. Selanjutnya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan dia tempuh. Manusia punya potensi untuk menjadi jahat, sebagaimana ia juga punya potensi untuk menjadi baik.
Agama (Islam) datang untuk mempertegas konsep diri yang positif bagi umat manusia. Manusia adalah makhluk yang termulia dari segala ciptaan Tuhan (Q.S.17:70). Karena itu, ia diberi amanah untuk memimpin dunia ini (Q.S.2:30). Walaupun demikian, manusia dapat pula jatuh kederjat yang paling rendah, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (Q.S.95:6). Keimanan akan membimbing kita untuk membentuk konsep diri yang positif, dan konsep diri yang positif akan melahirkan perilaku yang positif pula, yang dalam bahasa agama disebut amal sholeh. Tidak sedikit ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Quran yang menyebut kata iman dan diiringi oleh kata amal (allazina amanu wa amilus-sholihat), ini bukan saja menunjukkan eratnya hubungan diantara keduanya, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya iman dan amal tersebut, sehingga nilai seseorang ditentukan oleh iman dan amalnya juga. Sesungguhnya Allah Taala tidak akan melihat kepada bentuk (rupa) kamu, tidak pula keturunan (bangsa) kamu, tidak juga harta kamu; tetapi , ia melihat kepada hati kamu dan amal perbuatan kamu. (H.R.At-Thabrani). Semua manusia adalah sama disisi Allah, yang lebih mulia hanyalah orang yang paling bertakwa (Q.S.49:13).
Memang diakui adanya kemungkinan seseorang akan dapat dipengaruhi oleh lingkungan teman sepergaulannya sebagai reference group (Q.S.2:14; 17:73; 37:51-53; 41:25; 43:67) dan bujuk rayu syaithon (Q.S.4:38; 6:43; 8:48; 25:28-29; 27:24), tetapi semua itu tidak akan berbekas jika seseorang memiliki keimanan yang tangguh (Q.S.5:105; 17:65). Itulah sebabnya Rasulullah saw. menghabiskan masa 13 tahun di Mekah untuk menanamkan keimanan kepada para pengikutnya.
Para psikolog modern dikemudian hari menyadari betapa pentingnya nama dalam membentuk konsep diri, secara tak sadar orang akan didorong untuk memenuhi citra (image) yang terkandung didalam namanya. Teori Labelling (penamaan) menjelaskan kemungkinan seseorang menjadi jahat karena masyarakat menamainya atau menggelarinya sebagai penjahat.
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak, terutama dalam keluarga. Pendidikan yang diterima seseorang dimasa kecil akan dapat mempengaruhi konsep dirinya dikemudian hari.
1.      Keadaan Psikologis mahasiswa penghafal Al-Qur’an.
Sebagaimana tahap perkembangan psikologis dalam kategori dewasa awal yaitu menuju ke arah pemikiran yang kematangan, diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang lain jika menghadapi kegagalan,  toleransi dan optimistis.
2.      Keadaan sosial kemasyarakatan santri.
UIN Maliki Malang merupakan lembaga pendidikan yang berlatar belakangkan pondok pesantren dan disertai dengan lingkungan masyarakat yang multikultural, yaitu tempat berkumpulnya berbagai macam karakter individu dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Mereka berkumpul di tempat yang sama dan berinteraksi satu sama lain dalamkurun waktu tertentu.
3.      Keadaan kepribadian mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara penulis, keadaan kepribadian para mahasiswa penghafal Al-Qur’an berkembang dengan baik. Para mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang belajar berdisiplin dan bertanggungjawab. Hal ini karena kegiatan mereka dalam menghafal Al-Qur’an telah didukung oleh lembaga resmi universitas yaitu HTQ, jadi mahasiswa mampu mengatur jadwal mereka dengan baik sehingga tidak mengalami kres dengan kegiatan perkuliahannya.
4.      Keadaan keagamaan mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Keadaan keagamaan mahasiswa berkembang dengan baik,mereka mengamalkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Fasilitas yang diberikan oleh universitaspun mampu mendukung perkembangan kegiatan keagamaan.
5.      Mekanisme setoran hafalan kepada ustadz
Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu:
a.       Menyetorkan hafalan baru. Dalam menyetorkan hafalan baru, biasanya santri menyetorkanhafalan sebanyak 1 halaman, yang dilaksanakan ba’da shalat shubuh.
b.      Mengulang hafalan yang telah diperoleh Hafalan yang telah diperoleh harus diperdengarkan kembalikepada ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali adalah sebanyak 5 halaman

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mengahafal al-Qur’an bukanlah pekerjaan yang mudah, butuh kesabaran, ketelatenan dan juga waktu khusus. Seseorang yang memutuskan menghafal al-Qur’an secara tidak langsung diatelah berjanji kepada dirinya dan juga kepada Allah untuk menjalankan hidup sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an.
Mahasiswa dengan rentan usia 17-21 tahun (masa dewasa awal) cukup banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah dihadapi dan tidak mampu diatasi. Dengan adanya sebuah tanggungjawab besar bagi penghafal Al-Qur’an adanya konsep diri yang matang harus imiliki oleh mereka. Agar mereka tidak tergoyahkan dan tetap bisa mengeban tanggungjawab tersebut.
Adapun usia setelah 23 tahun adalah saat kemampuan hafalan mulai menurun,sementara kemampuan untuk memahami dan menelaah makin meningkat.Asumsi di atas sebagaimana pepatah arab mengatakan:
ﺮﺠ ﻰﻠﻋ ﺶﻘﻨﻟﺍﺎﻛﺭﺎﻐﺼﻟﺍ ﻢﻠﻌﺘﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺶﻘﻨﻟﺍﺎﻛ ﻜﻟﺍ ﻢﻠﻌﺘﻟﺍﻭﺀﺎ
Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar padausia dewasa bagaikan mengukir di atas air.Berdasarkan hasil studi longitudinal yang dilakukan oleh Bloom(1954), bahwa dengan berpatokan kepada hasil tes IQ pada usia 17 tahun darisekelompok subyek, dapat dibandingkan dengan hasil-hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang ditempuh oleh subyek yang sama, akan dapat dilihatperkembangan presentase taraf kematangan dan kesempurnaan IQ sebagai berikut:
1. usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20% - nya.
2. usia 4 tahun berkembang sampai sekitar 50% - nya.
3. usia 8 tahun berkembang sampai sekitar 80% - nya.
4. usia 13 tahun berkembang sampai sekitar 92% - nya
  

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
1.      Keadaan Psikologis mahasiswa penghafal Al-Qur’an.
Sebagaimana tahap perkembangan psikologis dalam kategori dewasa awal yaitu menuju ke arah pemikiran yang kematangan, diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang lain jika menghadapi kegagalan,  toleransi dan optimistis.
2.      Keadaan sosial kemasyarakatan santri.
UIN Maliki Malang merupakan lembaga pendidikan yang berlatar belakangkan pondok pesantren dan disertai dengan lingkungan masyarakat yang multikultural, yaitu tempat berkumpulnya berbagai macam karakter individu dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Mereka berkumpul di tempat yang sama dan berinteraksi satu sama lain dalamkurun waktu tertentu.
3.      Keadaan kepribadian mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara penulis, keadaan kepribadian para mahasiswa penghafal Al-Qur’an berkembang dengan baik. Para mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang belajar berdisiplin dan bertanggungjawab. Hal ini karena kegiatan mereka dalam menghafal Al-Qur’an telah didukung oleh lembaga resmi universitas yaitu HTQ, jadi mahasiswa mampu mengatur jadwal mereka dengan baik sehingga tidak mengalami kres dengan kegiatan perkuliahannya.
4.      Keadaan keagamaan mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Keadaan keagamaan mahasiswa berkembang dengan baik,mereka mengamalkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Fasilitas yang diberikan oleh universitaspun mampu mendukung perkembangan kegiatan keagamaan.
5.      Mekanisme setoran hafalan kepada ustadz
Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu:
c.       Menyetorkan hafalan baru. Dalam menyetorkan hafalan baru, biasanya santri menyetorkanhafalan sebanyak 1 halaman, yang dilaksanakan ba’da shalat shubuh.
d.      Mengulang hafalan yang telah diperolehHafalan yang telah diperoleh harus diperdengarkan kembalikepada ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali adalah sebanyak 5 halaman