• ayo belajar bersama, sharing bersama, dan berbagi bersama tentang psikologi

Kamis, 09 Oktober 2014

KONSEP DIRI MAHASISWA PENGHAFAL AL-QUR’AN

KONSEP DIRI MAHASISWA PENGHAFAL AL-QUR’AN

ARFIN NURMA HALIDA – 10410003 FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan IPTEK saat ini menuntut Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lain. Dengan demikian mutupendidikan kita harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan negara lain. Hal tersebut diperlukan karena akan menjadipenopang utama pembangunan nasional yang mandiri dan berkeadilan sertamenjadi jalan keluar bagi bangsa Indonesia untuk terlepas dari kemiskinan danpengangguran.Pendidikan sebagai langkah perwujudan sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas harus perlu ditingkatkan.
Lembaga pendidikan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan manusia yang mampu mengemban tugas negara sebagai pelaksana dalam pembangunan, karena pada dasarnya proses pembangunan sangat membutuhkan peran aktif dari sumber daya manusia yangprofesional dan berkualitas.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 berbicara tentang sistem Pendidikan Nasional bab I pasal I, pendidikan di definisikan sebagai sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian ,kecerdasan dan ketrampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara
Untuk membentuk suatu konsep diri yang baik, terlebih dahulu harus mengenal diri sendiri, karena diri (self) merupakan suatu kunci utama dari rangka kehidupan. (James, 1902, dalam Jerselid, 1954), mengatakan diri merupakan komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya, pengamatannya, tentang apa yang merupakan miliknya, pengertiannya mengenai siapa dia itu, perasaannya tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan segala miliknya.
Sudah menjadi kewajiban seluruh umat islam untuk mempelajari dan memahami ayat-ayat Al Qur'an, karena Al Qur'an adalah kitab suci bagi umat islam yang diyakini kebenarannya, karena didalamnya terdapat kandungan – kandungan hukum yang mengatur tata hidup manusia. Banyak sekali hadis – hadis Nabi yang menjelaskan tentang betapa pentingnya mampelajari Al Qur'an. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thoroni ;
عن أنس رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من علم ابنا له القرآن نظراغفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر ومن علمه إيا ه ظاهرا فكلما قرأ الابن اية رفع الله بها للأبي درجةحتى ينتهي الى اخر ما معه    رواه الطبرني 
Artinya ;
Dari Annas r.a. berkata; Rosululloh Saw. Bersabda "Barang siapa yang mengajarkan Al Qur'an terhadap anaknya dengan membaca, maka dosa – dosanya yang lampau dan yang akan datang akan diampuni. Dan barang siapa yang mengajarkan Al Qur'an terhadap anak – anaknya dengan menghafal, maka Allah mengangkat derajatnya ketika anaknya membaca Al Qur'an[1]." HR. Imam Thobroni.
Dari uraian hadis diatas dapat dipahami bahwa betapa pentingnya orang tua mengajarkan Al Qur'an terhadap anak – anaknya, apalagi sampai pada tahap menghafalkannya. Dalam hadis yang juga disebutkan,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ,اشرف امتي حملة القرآن واصحاب الليل     الحديث
Artinya,
Rosululloh bersabda "Umatku yang paling mulia adalah yang hafal Al Qur'an dan yang selalu menjalankan sholat malam" Al hadis.
Namun disisi lain umat islam juga dituntut untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum yang berkaitan erat dengan kehidupan dunia sebagai bekal untuk hidup dan untuk menyesuaikan zaman agar umat islam tidak tertinggal utamanya dikalangan santri – santri Pondok Pesantren.
Berdasarkan pengantar diatas, dapat dimengerti  pentingnya belajar bagi insan dalam rangka mengenal dan mengetahui kejadian dan peristiwa alam yang terjadi sebagai modal untuk mengenal lebih lanjut peristiwa yang terjadi disekitarnya. Didalam agama islam semua kejadian – kejadian yang ada didunia ini telah termaktub dalam Al Qur'an sebagai Kalam Allah yang harus dipelajari dan dimengerti oleh setiap umat islam sebagai pedoman hidup dalam melakukan aktifitas sehari – hari serta untuk memahami dan mengetahui lebih jauh tentang peristiwa yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1        Bagaimana Konsep diri mahasiswa penghafal Al-Qur’an di Fakultas Psikologi UIN Malang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep diri mahasiswa penghafal Al-Qur’an di Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang
  
BAB II
KAJIAN TEORI

A.    KONSEP DIRI
1.      Pengertian
Konsep diri merupakan tema utama psikologi humanistik yang muncul belakangan ini, pembicaraan tentang konsep dapat di lacak sampai William James. James"The I", diri yang sadar dan aktif dan "The Me", diri yang menjadi obyek renungan kita. Menurut William James, ada dua jenis diri, yaitu "diri" dan "aku". Diri adalah Aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai obyek (Objective Self), sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir dan berkehendak (Subjective Self).
(Beck,Willam dan Rawlin,1986:293),Mengatakan terdapat banyak aspek yang menyangkut diri adalah sesuatu yang biasa bagi Psikologi. Ada lima aspek dari Diri yaitu :
1.      Fisik diri, termasuk tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung didalamnya, walaupun banyak orang mengidentifikasikan diri mereka lebih pada akal pikiran dari pada dengan tubuh mereka sendiri.
2.      Diri sebagai proses, suatu aliran akal pikiran, emosi, dan perilaku yang kontan.
3.      Diri sosial, merupakan sebuah konsep yang penting bagi ahli ilmu-ilmu sosial. Diri sosial terdiri atas akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respon secara umum terhadap orang lain dan masyarakat.
4.       Konsep diri, suatu pandangan pribadi yang memiliki seseorang tentang dirinya masing-masing.
5.      Cita diri, merupakan faktor yang paling penting dari perilaku dan berkaitan erat dengan konsep diri.

Willian D. Brooks dalam bukunya "Speech Communication", mengatakan "self concept then, can be defined as those physical, social, and psychological perceptions of our selves that we have from experiences and our interaction with others", konsep diri ialah semua presepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.
Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan "apa dan siapa sebenarnya aku" dan "apa sebenarnya yang harus aku perbuat". Untuk menunjukan apakah konsep diri yang konkret sesuai atau terpisah dari perasaan dan pengalaman organismik, Rogers mengajukan dua konsep diri yaitu :
1.      Incongruence :
Ketidaksesuaian antara konsep diri dan pengalaman organismik disebabkan adanya persaingan diri yang mendasar dalam individu. Dalam hal ini, individu merasa diancam dan takut karena. Dia ternyata tidak mampu menerima secara terbuka dan fleksibel semua pengalaman dan nilai orgnaismik dalam konsep dirinya yang terlalu sempit. Akibat dari semua ini ialah konsep diri utuh, tingkah lakunya definsif, pikirannya kaku dan picik.
2.      Congruence :
Situasi saat pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan asli.
2.      Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri, Jalaluddin Rakhmat (1994) membagi 4 faktor yaitu :
a.       Orang lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu.
b.      Significant Others
Dalam perkembangannya, meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.
c.       Affective Others
Orang lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita. Dari merekalah secara perlahan-lahan, kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan dan pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Sebaliknya ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif.
d.      Kelompok rujukan (Reference Group)
Dalam pergaulan masyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh pada konsep diri kita. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.

B.     Tinjauan Tentang Program Hafalan Al Qur'an
1. Pengertian Program dan Hafalan
Istilah kata program adalah berasal dari bahasa Inggris "Programma" yang berarti sebuah rancangan mengenal asas kata serta usaha untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan kata hafalan adalah terjemahan dari kata "Hafadha"yang berarti penjagaan terhadap sesuatu tanpa melihat tak yang ada pada buku.
2. Pengertian Al Qur'an
Pengertian Al Qur'an secara bahasa adalah bacaan, karena kata Al Qur'an adalah bentuk masdar dari fiil madli قرأ-يقرأ-قرأن [21]. Sedangkan pengertian Al Qur'an secara istilah terdapat beberapa pendapat antara lain :
a. Chudlori Beik mendefinisikan sebagai berikut ;
القرأن هو اللفظ العربى المنزل على محمد لتدبر وتذكر المنقل متوترا وهو ما بين دفتين المبتؤبسرة الفاتحة والمختوم بسورة الناس المتعبد بتلاوته
Artinya :
"Al Qur'an adalah Kitabulloh yang memakai lafadh Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk dimengerti dan dipelajari yang disali dengan jalan mutawattir, ditulis diantara dua sampul yang dimulai dengan fatihahdan diakhiri dengan surat An Nas dan bernilai ibadah dalam membacanya
b. Masyhurul Ulama' mendefinisikan sebagi berikut ;
Al Qur'an adalah Kalamulloh yang diturunkan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril yang mengandung mu'jizat yang disalin dengan jalan mutawattir dan benilai ibadah bagi yang membacanya
c. Subhi Shohih mendefinisikan sebagai berikut ;
Kalamulloh yang merupakan yang diturunkan pada Nabi Muhammad dan ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawattir serta membacanya adalah ibadah
Berdasarkan dari definisi diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa arti dari program hafalan Al Qur'an adalah rencana menghafalkan ayat – ayat Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara keseluruhan dari surat Al fatihah sampai surat An Nas dengan tujuan ibadah pada Allah dan menjaga Al Qur'an dari kesalahan.
3. Kedudukan Al Qur'an dalam Islam
Dalam islam Al Qur'an mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, karena Al Qur'an selain sebagai kitab suci bagi orang islam juga sebagai sumber hukum yang pertama dan sebagai rujukan untuk menuntaskan perselisihan sebagaimana firman Allah QS. An Nisa' : 59
ياأيهاالذين امنوااطيعواالله والرسول واولى الأمر منكم فان تنازعتم فى شيئ فردوه الى الله والرسول ان كنتم تؤمنون بالله واليوم الأخر

"Wahai orang – orang yang beriman taatlah kamu semua pada Allah dan Rosul dan orang – orang yang mengatur Pemerintahan dari kamu semua dan apabila kalian berselisih terhadap sesuatu maka kembalikan pada Allah dan Rosul apabila kamu semua beriman pada Allah dan hari akhir". QS. An Nisa' : 59
Bagi kalangan muslim ortodoks Al Qur'an tidak sebagai firman Allah yang abadi (Unkreated) dan sebagai sumber hukum akan tetapi tidak sedikit yang ekspresikan dengan memakai unsur – unsur yang diciptakan seperti kata – kata, suara dan huruf, tetapi juga sebagai pola semua kesempurnaan linguistik meskipun bukan puisi. Seperempat terakhir kandungan Al Qur'an merupakan ayat – ayat yang puitisnya sangat tinggi.
b. Kedudukan Al Qur'an selain sebagai sumber hukum juga sebagai petunjuk bagi orang – orang yang tahu dalam hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqoroh ; 2
ذلك الكتب لاريب فيه, هدا للمتقين
"Kitab ini tidak ada keraguan sama sekali didalamnyapetunjuk bagi orang – orang yang taqwa".QS. Al Baqoroh ; 2.
Dengan demikian maka barang siapa menjadikan didalamnya sebagai petunjuk maka baginya akan tidak tersesat sebagaimana hadits Rosululloh ;
تركت فيكم امرين ان تمسكتم بهما لن تضلوا ابدا كتاب الله وسنة رسوله
"Aku tinggalkan bagimu dua perkara apabila kamu berpegang padanya maka kamu tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al Qur'an dan sunnah Rosul[26].

c. Kedudukan Al Qur'an dalam islam selain sebagai sumber hukum yang utama dan sebagai petunjuk bagi orang – orang yang taqwa juga sebagai pemberi peringatan kepada seluruh alam. Dalam surat Al Furqon dijelaskan sebagai berikut
تبارك الذين نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
"Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Qur'an kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam". QS. Al Furqon ; 1.
4. Tujuan Hafalan Al Qur'an
Apapuun tujuan yang pokok dalam hafalan Al Qur'an adalah untuk menjaga kalamullah dari penyelewangan yang di buat oleh orang –orang yang akan menghancurkan islam serta menjaga keaslian ayat-ayat Al Qur'an.
5. Manfaat Hafalan Al Qur'an
Diantara sekian banyak manfaat menghafalkan Al Qur'an adalah :
1. Melatih pribadi seseorang untuk berlaku disiplin dalam segala hal, karena bagi   seseorang yang menghafal Al Qur'an dibentuk untuk selalu menjaga ayat-ayat Al Qur'an sampai datangnya ajal.Dalam sebuah hadis disebutkan.
Artinya :
Sesungguhnya rasulullah bersabda barang siapa hafal Al Qur'an lalu ia melupakan maka ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dengan keadaan sakit lepra.(HR. Abu Dawud.)
2. Agar mendapatkan ketentraman jiwa sebagaimana sabda Rosulullah
ما اجتمع قوم فى بيت من بيوت الله بتلون كتاب الله ويتدارسونه الاانزلت عليهم السكينة عليهم وغشيهم الرحمه وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنذه (رواه مسلم والترمذى وابن مجه وابو دود)
Artinya :
Tidaklah kaum yang berkumpul dalam rumah – rumah Allah dengan membaca kitab Allah dan mempelajari Al Qur'an melainkan baginya diturunkan ketenangan dan dihujani rahmat dan di kelilingi malaikat dan mereka di sebut-sebut Allah di sisinya." (HR. Muslim, Turmudzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud.)
3. Doanya terkabulkan sebelum ia meminta. Rosululloh bersabda dalam hadits qudsi.
عن ابى سعيد الحذرى : عن النبى صلى الله عليه وسلم قال : يقول الرب نحسانه وتعالى : من شغله القرأن وذكرى عن مساء التى اعطيطه افضل ما اعطى السائلين (رواه البيهقى والدارمى والترمذى)
Artinya :
Dari Abu Said Al Hudry dari Rosululloh SAW bersabda Allah berfirman "Barangsiapa disibukkan dengan Al Qur'an dan mengingatku sehingga dia tidak sempat memohon kepada-Ku, maka Aku berikan yang lebih baik dari orang – orang yang meminta kepada-Ku". (HR.Baihaqi, Ad-Darimi dan Turmudzi)
4. Tajam ingatannya dan bersih instuisinya.
      Ketajaman ingatannya dan kebersihan instuisinya itu muncul Karena seorang penghafal Al Qur'an selalu berupaya mencocokkan ayat – ayat yang dihafalkannya dan membandingkan ayat – ayat tersebut keporosnya, baik dari segi lafadh maupun dari segi pengertiannya. Sedangkan bersihnya instuisi itu timbul karena seorang penghafal Al Qur'an senantiasa berada dalam lingkungan  dzikrulloh dan selalu dalam kondisi keinsyafan yang selalu meningkat, karena ia selalu mendapat peringatan dari ayat – ayat yang dibacanya. Nabi bersabda ;
ان القلوب لنصد أكما يصدأ الحديد قيل يا رسو ل الله وما جلائها قال قرأة القرأن (رماه ابو دود)
Artinya ;
"Sesungguhnya hati itu mesti berkarat sebagaimana besi, kemudian sahabat bertanya ; Wahai Rosululloh apa penawarnya ? Jawab Nabi (penawarnya) adalah baca Al Qir'an". (HR Abu Dawud)
5. Memiliki identitas yang baik dan berprilaku jujur.
Seorang yang hafal Al Qur'an sudah selayaknya bahkan menjadi kewajiban untuk berprilaku jujur dan berjiwa Qur'ani. Identitas demikian akan selalu terpelihara karena jiwanya akan selalu mendapatan peringatan – peringatan dari ayat – ayat Al Qur'an yang dihafalkannya. Betapa indah identitas yang diberikan Rosululloh kepada para pembaca Al Qur'an. Dalam sebauh hadis disebutkan
عن ابى موسى الأشعرى رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مثل المؤمن الذىيقرأ القرأن ثل الأترجه ريحها طيب وطعمها طيب, ومثل المؤمن الذى لايقرأ القرأن كمثل التمرة لاريح لها وطعمها حلو ومثل المنافق الذى يقرأ القرأن مثل الريحانه ريحها طيب وطغمها مر, ومثل المنا فق الذى لايقرأ القرأن كمثل الحظلة ليس لها ريح وطعمها مر (متفق عليه)
Artinya ;
Dari Abi Musa Al Asy'ari berkata Rosululloh bersabda perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur'an bagaikan buah jeruk, baunya harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan buah kurma, tidak ada baunya tapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafiq yang membaca Al Qur'an bagaikan parfum, baunya harum rasanya pahit. Perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan buah kamoragan, tidak berbau tapi rasanya pahit". (Muttafaqun Alaih)             
6.      Fasih dalam bicara
7.      Orang banyak membaca Al Qur'an akan membentuk ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fanetik Arab pada landasannya secara alami. Allah berfirman
وانه لتنزيل رب العالمين, نزل به الروح الأمين, على قلبك لتكون من المنذرين, بلسانك عربي مبين. (الشعرء)
Artinya ;
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar Ruhul Al Amin. Kedalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi peringatan. Dengan Bahasa Arab yang jelas". (QS. Asy Syu'aro')
  
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah atau medan terjadinya gejala. Secara metodologik peneliti mengumpulkan data, menganalisanya danmenarik kesimpulan. Dan hal yang penulis perhatikan adalah kutipanpendapat dan dokumen-dokumen kepustakaan. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis yaitu mendiskripsikan ataupun menafsirkan hasil penelitian yang ditemukan dengan keadaan sebenarnya dengan tidak menggunakan prosedur statistik atau perhitungan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulandata sebagai berikut:
1.      Metode Observasi yaitu: suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan danpencatatan yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yangdiselidiki.
2.      Metode Dokumentasi yaitu: suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun danmenganilisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambarmaupun elektronik
3.      Metode Interview adalah pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yangdikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuanpenelitian

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Didalam Al-Quran disebutkan, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya; sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (Q.S.91:7-10). Jadi manusia diberi pengetahuan tentang hal-hal yang positif dan negatif. Selanjutnya manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan dia tempuh. Manusia punya potensi untuk menjadi jahat, sebagaimana ia juga punya potensi untuk menjadi baik.
Agama (Islam) datang untuk mempertegas konsep diri yang positif bagi umat manusia. Manusia adalah makhluk yang termulia dari segala ciptaan Tuhan (Q.S.17:70). Karena itu, ia diberi amanah untuk memimpin dunia ini (Q.S.2:30). Walaupun demikian, manusia dapat pula jatuh kederjat yang paling rendah, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (Q.S.95:6). Keimanan akan membimbing kita untuk membentuk konsep diri yang positif, dan konsep diri yang positif akan melahirkan perilaku yang positif pula, yang dalam bahasa agama disebut amal sholeh. Tidak sedikit ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Quran yang menyebut kata iman dan diiringi oleh kata amal (allazina amanu wa amilus-sholihat), ini bukan saja menunjukkan eratnya hubungan diantara keduanya, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya iman dan amal tersebut, sehingga nilai seseorang ditentukan oleh iman dan amalnya juga. Sesungguhnya Allah Taala tidak akan melihat kepada bentuk (rupa) kamu, tidak pula keturunan (bangsa) kamu, tidak juga harta kamu; tetapi , ia melihat kepada hati kamu dan amal perbuatan kamu. (H.R.At-Thabrani). Semua manusia adalah sama disisi Allah, yang lebih mulia hanyalah orang yang paling bertakwa (Q.S.49:13).
Memang diakui adanya kemungkinan seseorang akan dapat dipengaruhi oleh lingkungan teman sepergaulannya sebagai reference group (Q.S.2:14; 17:73; 37:51-53; 41:25; 43:67) dan bujuk rayu syaithon (Q.S.4:38; 6:43; 8:48; 25:28-29; 27:24), tetapi semua itu tidak akan berbekas jika seseorang memiliki keimanan yang tangguh (Q.S.5:105; 17:65). Itulah sebabnya Rasulullah saw. menghabiskan masa 13 tahun di Mekah untuk menanamkan keimanan kepada para pengikutnya.
Para psikolog modern dikemudian hari menyadari betapa pentingnya nama dalam membentuk konsep diri, secara tak sadar orang akan didorong untuk memenuhi citra (image) yang terkandung didalam namanya. Teori Labelling (penamaan) menjelaskan kemungkinan seseorang menjadi jahat karena masyarakat menamainya atau menggelarinya sebagai penjahat.
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak, terutama dalam keluarga. Pendidikan yang diterima seseorang dimasa kecil akan dapat mempengaruhi konsep dirinya dikemudian hari.
1.      Keadaan Psikologis mahasiswa penghafal Al-Qur’an.
Sebagaimana tahap perkembangan psikologis dalam kategori dewasa awal yaitu menuju ke arah pemikiran yang kematangan, diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang lain jika menghadapi kegagalan,  toleransi dan optimistis.
2.      Keadaan sosial kemasyarakatan santri.
UIN Maliki Malang merupakan lembaga pendidikan yang berlatar belakangkan pondok pesantren dan disertai dengan lingkungan masyarakat yang multikultural, yaitu tempat berkumpulnya berbagai macam karakter individu dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Mereka berkumpul di tempat yang sama dan berinteraksi satu sama lain dalamkurun waktu tertentu.
3.      Keadaan kepribadian mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara penulis, keadaan kepribadian para mahasiswa penghafal Al-Qur’an berkembang dengan baik. Para mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang belajar berdisiplin dan bertanggungjawab. Hal ini karena kegiatan mereka dalam menghafal Al-Qur’an telah didukung oleh lembaga resmi universitas yaitu HTQ, jadi mahasiswa mampu mengatur jadwal mereka dengan baik sehingga tidak mengalami kres dengan kegiatan perkuliahannya.
4.      Keadaan keagamaan mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Keadaan keagamaan mahasiswa berkembang dengan baik,mereka mengamalkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Fasilitas yang diberikan oleh universitaspun mampu mendukung perkembangan kegiatan keagamaan.
5.      Mekanisme setoran hafalan kepada ustadz
Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu:
a.       Menyetorkan hafalan baru. Dalam menyetorkan hafalan baru, biasanya santri menyetorkanhafalan sebanyak 1 halaman, yang dilaksanakan ba’da shalat shubuh.
b.      Mengulang hafalan yang telah diperoleh Hafalan yang telah diperoleh harus diperdengarkan kembalikepada ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali adalah sebanyak 5 halaman

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mengahafal al-Qur’an bukanlah pekerjaan yang mudah, butuh kesabaran, ketelatenan dan juga waktu khusus. Seseorang yang memutuskan menghafal al-Qur’an secara tidak langsung diatelah berjanji kepada dirinya dan juga kepada Allah untuk menjalankan hidup sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an.
Mahasiswa dengan rentan usia 17-21 tahun (masa dewasa awal) cukup banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah dihadapi dan tidak mampu diatasi. Dengan adanya sebuah tanggungjawab besar bagi penghafal Al-Qur’an adanya konsep diri yang matang harus imiliki oleh mereka. Agar mereka tidak tergoyahkan dan tetap bisa mengeban tanggungjawab tersebut.
Adapun usia setelah 23 tahun adalah saat kemampuan hafalan mulai menurun,sementara kemampuan untuk memahami dan menelaah makin meningkat.Asumsi di atas sebagaimana pepatah arab mengatakan:
ﺮﺠ ﻰﻠﻋ ﺶﻘﻨﻟﺍﺎﻛﺭﺎﻐﺼﻟﺍ ﻢﻠﻌﺘﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺶﻘﻨﻟﺍﺎﻛ ﻜﻟﺍ ﻢﻠﻌﺘﻟﺍﻭﺀﺎ
Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar padausia dewasa bagaikan mengukir di atas air.Berdasarkan hasil studi longitudinal yang dilakukan oleh Bloom(1954), bahwa dengan berpatokan kepada hasil tes IQ pada usia 17 tahun darisekelompok subyek, dapat dibandingkan dengan hasil-hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang ditempuh oleh subyek yang sama, akan dapat dilihatperkembangan presentase taraf kematangan dan kesempurnaan IQ sebagai berikut:
1. usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20% - nya.
2. usia 4 tahun berkembang sampai sekitar 50% - nya.
3. usia 8 tahun berkembang sampai sekitar 80% - nya.
4. usia 13 tahun berkembang sampai sekitar 92% - nya
  

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
1.      Keadaan Psikologis mahasiswa penghafal Al-Qur’an.
Sebagaimana tahap perkembangan psikologis dalam kategori dewasa awal yaitu menuju ke arah pemikiran yang kematangan, diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang lain jika menghadapi kegagalan,  toleransi dan optimistis.
2.      Keadaan sosial kemasyarakatan santri.
UIN Maliki Malang merupakan lembaga pendidikan yang berlatar belakangkan pondok pesantren dan disertai dengan lingkungan masyarakat yang multikultural, yaitu tempat berkumpulnya berbagai macam karakter individu dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Mereka berkumpul di tempat yang sama dan berinteraksi satu sama lain dalamkurun waktu tertentu.
3.      Keadaan kepribadian mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara penulis, keadaan kepribadian para mahasiswa penghafal Al-Qur’an berkembang dengan baik. Para mahasiswa berkembang menjadi pribadi yang belajar berdisiplin dan bertanggungjawab. Hal ini karena kegiatan mereka dalam menghafal Al-Qur’an telah didukung oleh lembaga resmi universitas yaitu HTQ, jadi mahasiswa mampu mengatur jadwal mereka dengan baik sehingga tidak mengalami kres dengan kegiatan perkuliahannya.
4.      Keadaan keagamaan mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Keadaan keagamaan mahasiswa berkembang dengan baik,mereka mengamalkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Fasilitas yang diberikan oleh universitaspun mampu mendukung perkembangan kegiatan keagamaan.
5.      Mekanisme setoran hafalan kepada ustadz
Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu:
c.       Menyetorkan hafalan baru. Dalam menyetorkan hafalan baru, biasanya santri menyetorkanhafalan sebanyak 1 halaman, yang dilaksanakan ba’da shalat shubuh.
d.      Mengulang hafalan yang telah diperolehHafalan yang telah diperoleh harus diperdengarkan kembalikepada ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali adalah sebanyak 5 halaman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar