• ayo belajar bersama, sharing bersama, dan berbagi bersama tentang psikologi

Kamis, 20 Desember 2012

pemecahan masalah dalam psikologi kognitif


Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak masalah dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan suatu masalah.
Pemecahan masalah oleh Evans (1991) didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi sekarang (present state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future state atau desired goal). Sedangkan menurut Hunsaker, pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu aktivitas pengambilan jalan keluar agar terjadi kesesuaian atara hasil yang diperoleh sekarang dengan hasil yang diharapkan.        
2.1  Tahapan Pemecahan Masalah
Ada beberapa tahapan penting atau langkah-langkah penyelesaian di dalam problem solving. Hal itu dikemukakan oleh Dewey dalam langkah-langkah berpikir reflektif yang sangat terkenal:
1.      Kesadaran Atas Adanya Problema
Langkah paling awal dalam memecahkan masalah adalah seseorang harus menyadari atas adanya permasalahan. Dengan demikian maka individu akan merasa memiliki kesukaran yang harus diselesaikan melalui tahap-tahap berikutnya.         

2. Pemahaman Terhadap Problema        
Setelah dirasakan adanya problema maka yang perlu dilakukan adalah mendefinisikan masalah yang terjadi. Pada tahap ini, kita perlu melakukan diagnosis terhadap sebuah situasi, peristiwa atau kejadian, untuk memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, bukan pada gejala-gejala yang muncul. Untuk itu diperlukan upaya untuk mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya, agar masalah dapat didefinisikan dengan tepat.   
Representasi masalah merupakan hal yang paling penting baik bagi pemahamann masalah maupun untuk mencari jalan keluarnya. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk merepresentasikan masalah adalah:           
a) Simbol        
Salah satu cara yang dianggap paling efektif untuk merepresentasikan persoalan yang abstrak ialah melalui simbol. Misalnya memecahkan soal aljabar, maka dapat mengubah kalimat-kalimat aljabar itu ke dalam symbol-simbol matematika.     
b) Daftar        
Alternatif lain apabila masalah itu tidak dapat dipresentasikan dengan cara mengubah ke dalam simbol-simbol adalah dengan jalan menyusun daftar sifat-sifat masalah.
c) Metrik         
Metrik adalah suatu bagan (chart) yang menunjukkan kemungkinan sejumlah kombinasi. Metrik sangat membantu terutama jika suatu masalah begitu kompleks.
d) Diagram Pohon Bercabang Hirarkhis      
Cara berikutnya yang dapat dilakukan untuk merepresentasikan masalah adalah dengan membuat diagram bercabang-cabang yang sifatnya hirarkhis.
e) Grafik         
Beberapa masalah mungkin tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk symbol, daftar sifat, metric, dan diagram pohon bercabang, namun harus digunakan bentuk representasi yang lain karena dianggap lebih cocok. Barangkali cara lain yang dapat ditempuh ialah memakai grafik.
f) Gambaran Mental Visual (Visual Image)   
Ialah membayangkan secara visual di dalam pikiran mengenai suatu masalah terutama sangat berguna atau membantu bagi pemecahan masalah yang baru.

3. Memformulasi Hipotesa-hipotesa
Sepanjang usaha dalam memahami problema, pengumpulan dan penilaian data-data, langkah selanjutnya adalah menemukan hubungan-hubungan antara data-data dan menyusun hipotesa. Dalam hal ini kita diharapkan dapat membuat banyak alternatif solusi-solusi dalam memecahkan masalah agar dihasilkan solusi yang paling baik dengan banyak pertimbangn dari berbagai alternatif tersebut. Hipotesa-hipotesa ini harus bersifat fleksibel, tidak boleh kaku.
1.      Mengevaluasi Hipotesa-hipotesa
Beberapa ahli ilmu jiwa memberi tiga langkah di dalam mengevaluasi hipotesa yaitu: Pertama, bahwa seseorang harus menentukan manakah kesimpulan yang sempurna yang sekiranya cukup memberi kepuasan terhadap tuntutan problema. Kedua, seseorang harus menemukan kesimpulan-kesimpulan mana yang sesuai dengan lain-lain fakta dan pentingnya nanti bagi hasil keseluruhan. Ketiga, seseorang harus dengan sengaja menguji terhadap kesimpulan-kesimpulan yang kurang meyakinkan yang mungkin dapat membawa keragu-raguan terhadap pengambilan kesimpulan akhir.       
2.      Penerapan Cara Pemecahan Masalah
Penerapan hipotesa dalam penyelesaian problema adalah langkah terakhir dari proses problem solving dan dipergunakan sebagai penguji atas kebenaran cara penyelesaian yang ditempuh. Dalam upaya menerapkan berbagai solusi terhadap suatu masalah, kita perlu lebih sensitive terhadap kemungkinan terjadinya resistansi dari orang-orang yang mungkin terkena dampak dari penerapan tersebut. Hamper pada semua perubahan, terjadi resistensi. Karena itulah seorang yang piawai dalam melakukan pemecahan masalah akan secara hati-hati memilih strategi yang akan meningkatkan kemungkinan penerimaan terhadap solusi pemecahan masalah oleh orang-orang yang terkena dampak.
           
2.2  Metode Pemecahan Masalah
Pada dasarnya tata cara, prosedur atau strategi yang dapat digunakan untuk memecahkn masalah ada dua macam:    
1.Algoritmik (tanpa menggunakan pengetahuan)
Adalah suatu perangkat aturan atau tata cara yang dapat menjamin pemecahan suatu masalah. Penemuan dengan strategi algoritmik (acak) adalah cara yang diaggap paling primitif. Strategi ini dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang dapat membimbing seseorang ke arah pemecahan masalah. Cara ini boleh dikatakan trial and error secara buta. Dalam hal ini terdapat dua macam bentuk yaitu:       
a)      Penemuan acak tidak sistematis (unsystematic random search). 
Cara ini ditempuh dengan mencoba semua jalan, sehingga dapat terjadi pencarian dua kali atau lebih pada jalan atau cara yang sama.         
b)      Penemuan acak sistematis (systematic random search).  
Yaitu setiap jalan atau cara yang pernah ditempuh dicatat, sehingga tidak akan terjadi pengulangan pada cara yang sama yang dianggap tidak berhasil.
Metode penemuan secara acak hanya efisien pada ruang masalah yang sempit, sementara ruang permasalahan yang luas barangkali lebih tepat jika digunakan pendekatan heuristik.
2.      Heuristik (menggunakan pengetahuan)
Pendekatan heuristik dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk mengidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan dianggap menjanjikan bagi penemuan pemecahan suatu masalah. Ada beberapa metode dalam pendekatan heuristik yaitu:          
a)      Proximity Methods           
Seseorang menempuh jalan atau cara yang dipersepsi lebih mendekati tujuan yang diinginkan.
b)      Analogi     
Analagi dapat dilakukan dengan cara membandingkan pola masalah yang tengah dihadapi dengan pola masalah serupa yang pernah dialami baik oleh orang yang bersangkutan atau orang lain.        
c)      Maching   
Cara ini hamper sama dengan metode kedekatan. Seseorang memahami situasi yang tengah dihadapi dengan tujuan yang diinginkan. Lalu ia membandingkan dengan pengetahuan yang ada di ingatannya.    
d)     Generate-Test Method      
Pemecahan masalah membutuhkan dua tahapan proses. Pertama, satu cara atau strategi pemecahan yang paling memungkinkan dicari atau dihasilkan. Kedua, selanjutnya gagasan pemecahan yang dihasilkan itu diuji apakah dapat berjalan dengan baik atau efektif. Jika belum berhasil, akan dicari cara pemecahan lain yang paling memungkinkan kemudian diuji atau dipraktekan, demikian seterusnya sampai diketemukan jalan pemecahan atas masalah itu.
e)      Means-Ends Analysis       
Orang yang menghadapi masalah mencoba membagi permasalahan menjadi bagian-bagian tertentu dari permasalahan tersebut.    
f)       Backward Search 
Strategi ini dilakukan dengan berjalan mundur. Maksudnya, meminta orang memulai pada tujuan yang diinginkan (goal state) dan bergerak mundur ke belakang menuju pada keadaan yang dihadapi semula (original state).           
g)      Forward Search   
Strategi berjalan ke depan, sebagai kebalikan dari strategi berjalan mundur. Seseorang memulai dari kenyataan yang dihadapi, kemudian secara bertahap bergerak menuju pada tujuan akhir yang diinginkan.
·         Penghalang Mental Di Dalam Proses Pemecahan Masalah         
Tiga hal penting yang merupakan ganjalan mental yang menghalangi keberhasilan seseorang dalam proses pemecahan masalah, dua faktor yang pertama sangat berkaitan dengan sikap mempertahankan gagasan lama yang bisa menghambat munculnya gagasan baru, sementara itu, satu faktor terakhir berkaitan dengan pembatasan gerak untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Ketiga faktor itu adalah:  
1. Functional fixedness (keterpakuan fungsional)
Keterpakuan fungsional berarti seseorang beranggapan bahwa fungsi dan kegunaan suatu objek atau benda adalah cenderung stabil dan menetap sepanjang waktu. Dengan kata lain, seseorang hanya memandang sesuatu benda berfungsi sebagaimana dirancang atau diinginkan oleh pembuatnya.   
2.Mental set (keajegan secara mental)
Fenomena ini menunjuk pada kecenderungan orang untuk mempertahankan aktivitas mental yang telah dilakukan secara berulang-ulang dan berhasil ketika ia menghadapi masalah serupa namun dalam situasi baru atau berbeda. Hal ini boleh jadi tidak sesuai lagi dan dapat mengakibatkan kegagalan.          
3.Perceptual added frame (pemanbahan bingkai perseptual)
Penambahan bingkai persepsual ini terjadi ketika orang yang menghadapi problem atau masalah kemudian tanpa sadar seolah-olah ia melihat adanya bingkai tersamar (pembatas) yang mengelilingi di sekitar problem tersebut. Padahal, sesungguhnya bingkai itu tidak ada, dan hanya ada di dalam bayangan persepsi seseorang. Bingkai tersemar ini kemudian membatasi gerak langkah orang tersebut dalam mencari jalan keluar atas persoalan yang sedang dihadapi.

1 komentar: