Pemecahan
masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan
suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita
menemukan banyak masalah dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita akan
membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat
untuk memecahkan suatu masalah.
Pemecahan masalah oleh
Evans (1991) didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan
pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan
kondisi sekarang (present state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future
state atau desired goal). Sedangkan menurut Hunsaker, pemecahan masalah
didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian
yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker,
2005). Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan
keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik
dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat,
akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Dari
kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu
aktivitas pengambilan jalan keluar agar terjadi kesesuaian atara hasil yang
diperoleh sekarang dengan hasil yang diharapkan.
2.1 Tahapan Pemecahan Masalah
Ada beberapa tahapan
penting atau langkah-langkah penyelesaian di dalam problem solving. Hal itu
dikemukakan oleh Dewey dalam langkah-langkah berpikir reflektif yang sangat
terkenal:
1. Kesadaran Atas Adanya Problema
Langkah paling awal
dalam memecahkan masalah adalah seseorang harus menyadari atas adanya
permasalahan. Dengan demikian maka individu akan merasa memiliki kesukaran yang
harus diselesaikan melalui tahap-tahap berikutnya.
2. Pemahaman Terhadap Problema
Setelah dirasakan
adanya problema maka yang perlu dilakukan adalah mendefinisikan masalah yang
terjadi. Pada tahap ini, kita perlu melakukan diagnosis terhadap sebuah
situasi, peristiwa atau kejadian, untuk memfokuskan perhatian kita pada masalah
sebenarnya, bukan pada gejala-gejala yang muncul. Untuk itu diperlukan upaya
untuk mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya, agar masalah dapat
didefinisikan dengan tepat.
Representasi masalah merupakan hal yang paling penting baik bagi pemahamann masalah maupun untuk mencari jalan keluarnya. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk merepresentasikan masalah adalah:
Representasi masalah merupakan hal yang paling penting baik bagi pemahamann masalah maupun untuk mencari jalan keluarnya. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk merepresentasikan masalah adalah:
a) Simbol
Salah satu cara yang
dianggap paling efektif untuk merepresentasikan persoalan yang abstrak ialah
melalui simbol. Misalnya memecahkan soal aljabar, maka dapat mengubah
kalimat-kalimat aljabar itu ke dalam symbol-simbol matematika.
b) Daftar
Alternatif lain apabila
masalah itu tidak dapat dipresentasikan dengan cara mengubah ke dalam
simbol-simbol adalah dengan jalan menyusun daftar sifat-sifat masalah.
c) Metrik
Metrik adalah suatu
bagan (chart) yang menunjukkan kemungkinan sejumlah kombinasi. Metrik sangat
membantu terutama jika suatu masalah begitu kompleks.
d) Diagram Pohon Bercabang Hirarkhis
Cara berikutnya yang
dapat dilakukan untuk merepresentasikan masalah adalah dengan membuat diagram
bercabang-cabang yang sifatnya hirarkhis.
e) Grafik
Beberapa masalah
mungkin tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk symbol, daftar sifat,
metric, dan diagram pohon bercabang, namun harus digunakan bentuk representasi yang
lain karena dianggap lebih cocok. Barangkali cara lain yang dapat ditempuh
ialah memakai grafik.
f) Gambaran Mental Visual (Visual Image)
Ialah membayangkan
secara visual di dalam pikiran mengenai suatu masalah terutama sangat berguna
atau membantu bagi pemecahan masalah yang baru.
3. Memformulasi Hipotesa-hipotesa
Sepanjang usaha dalam
memahami problema, pengumpulan dan penilaian data-data, langkah selanjutnya
adalah menemukan hubungan-hubungan antara data-data dan menyusun hipotesa.
Dalam hal ini kita diharapkan dapat membuat banyak alternatif solusi-solusi
dalam memecahkan masalah agar dihasilkan solusi yang paling baik dengan banyak
pertimbangn dari berbagai alternatif tersebut. Hipotesa-hipotesa ini harus
bersifat fleksibel, tidak boleh kaku.
1. Mengevaluasi Hipotesa-hipotesa
Beberapa ahli ilmu jiwa
memberi tiga langkah di dalam mengevaluasi hipotesa yaitu: Pertama, bahwa
seseorang harus menentukan manakah kesimpulan yang sempurna yang sekiranya
cukup memberi kepuasan terhadap tuntutan problema. Kedua, seseorang harus
menemukan kesimpulan-kesimpulan mana yang sesuai dengan lain-lain fakta dan
pentingnya nanti bagi hasil keseluruhan. Ketiga, seseorang harus dengan sengaja
menguji terhadap kesimpulan-kesimpulan yang kurang meyakinkan yang mungkin
dapat membawa keragu-raguan terhadap pengambilan kesimpulan akhir.
2. Penerapan Cara Pemecahan Masalah
Penerapan hipotesa
dalam penyelesaian problema adalah langkah terakhir dari proses problem solving
dan dipergunakan sebagai penguji atas kebenaran cara penyelesaian yang
ditempuh. Dalam upaya menerapkan berbagai solusi terhadap suatu masalah, kita
perlu lebih sensitive terhadap kemungkinan terjadinya resistansi dari
orang-orang yang mungkin terkena dampak dari penerapan tersebut. Hamper pada
semua perubahan, terjadi resistensi. Karena itulah seorang yang piawai dalam
melakukan pemecahan masalah akan secara hati-hati memilih strategi yang akan
meningkatkan kemungkinan penerimaan terhadap solusi pemecahan masalah oleh
orang-orang yang terkena dampak.
2.2 Metode Pemecahan Masalah
Pada dasarnya tata
cara, prosedur atau strategi yang dapat digunakan untuk memecahkn masalah ada
dua macam:
1.Algoritmik (tanpa menggunakan pengetahuan)
1.Algoritmik (tanpa menggunakan pengetahuan)
Adalah suatu perangkat
aturan atau tata cara yang dapat menjamin pemecahan suatu masalah. Penemuan
dengan strategi algoritmik (acak) adalah cara yang diaggap paling primitif.
Strategi ini dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang dapat membimbing seseorang
ke arah pemecahan masalah. Cara ini boleh dikatakan trial and error secara
buta. Dalam hal ini terdapat dua macam bentuk yaitu:
a) Penemuan acak tidak sistematis (unsystematic random
search).
Cara ini ditempuh
dengan mencoba semua jalan, sehingga dapat terjadi pencarian dua kali atau
lebih pada jalan atau cara yang sama.
b) Penemuan acak sistematis (systematic random search).
Yaitu setiap jalan atau
cara yang pernah ditempuh dicatat, sehingga tidak akan terjadi pengulangan pada
cara yang sama yang dianggap tidak berhasil.
Metode penemuan secara acak hanya efisien pada ruang masalah yang sempit, sementara ruang permasalahan yang luas barangkali lebih tepat jika digunakan pendekatan heuristik.
Metode penemuan secara acak hanya efisien pada ruang masalah yang sempit, sementara ruang permasalahan yang luas barangkali lebih tepat jika digunakan pendekatan heuristik.
2. Heuristik (menggunakan pengetahuan)
Pendekatan heuristik
dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan pengetahuan seseorang untuk
mengidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan dianggap
menjanjikan bagi penemuan pemecahan suatu masalah. Ada beberapa metode dalam
pendekatan heuristik yaitu:
a) Proximity Methods
Seseorang menempuh
jalan atau cara yang dipersepsi lebih mendekati tujuan yang diinginkan.
b) Analogi
Analagi dapat dilakukan
dengan cara membandingkan pola masalah yang tengah dihadapi dengan pola masalah
serupa yang pernah dialami baik oleh orang yang bersangkutan atau orang lain.
c) Maching
Cara ini hamper sama
dengan metode kedekatan. Seseorang memahami situasi yang tengah dihadapi dengan
tujuan yang diinginkan. Lalu ia membandingkan dengan pengetahuan yang ada di
ingatannya.
d) Generate-Test Method
Pemecahan masalah
membutuhkan dua tahapan proses. Pertama, satu cara atau strategi pemecahan yang
paling memungkinkan dicari atau dihasilkan. Kedua, selanjutnya gagasan
pemecahan yang dihasilkan itu diuji apakah dapat berjalan dengan baik atau efektif.
Jika belum berhasil, akan dicari cara pemecahan lain yang paling memungkinkan
kemudian diuji atau dipraktekan, demikian seterusnya sampai diketemukan jalan
pemecahan atas masalah itu.
e) Means-Ends Analysis
Orang yang menghadapi
masalah mencoba membagi permasalahan menjadi bagian-bagian tertentu dari
permasalahan tersebut.
f) Backward Search
Strategi ini dilakukan
dengan berjalan mundur. Maksudnya, meminta orang memulai pada tujuan yang
diinginkan (goal state) dan bergerak mundur ke belakang menuju pada keadaan
yang dihadapi semula (original state).
g) Forward Search
Strategi berjalan ke
depan, sebagai kebalikan dari strategi berjalan mundur. Seseorang memulai dari
kenyataan yang dihadapi, kemudian secara bertahap bergerak menuju pada tujuan
akhir yang diinginkan.
·
Penghalang Mental Di
Dalam Proses Pemecahan Masalah
Tiga hal penting yang
merupakan ganjalan mental yang menghalangi keberhasilan seseorang dalam proses
pemecahan masalah, dua faktor yang pertama sangat berkaitan dengan sikap
mempertahankan gagasan lama yang bisa menghambat munculnya gagasan baru,
sementara itu, satu faktor terakhir berkaitan dengan pembatasan gerak untuk
mencari alternatif pemecahan masalah. Ketiga faktor itu adalah:
1. Functional fixedness (keterpakuan fungsional)
1. Functional fixedness (keterpakuan fungsional)
Keterpakuan fungsional
berarti seseorang beranggapan bahwa fungsi dan kegunaan suatu objek atau benda
adalah cenderung stabil dan menetap sepanjang waktu. Dengan kata lain,
seseorang hanya memandang sesuatu benda berfungsi sebagaimana dirancang atau
diinginkan oleh pembuatnya.
2.Mental set (keajegan secara mental)
Fenomena ini menunjuk
pada kecenderungan orang untuk mempertahankan aktivitas mental yang telah
dilakukan secara berulang-ulang dan berhasil ketika ia menghadapi masalah
serupa namun dalam situasi baru atau berbeda. Hal ini boleh jadi tidak sesuai
lagi dan dapat mengakibatkan kegagalan.
3.Perceptual added
frame (pemanbahan bingkai perseptual)
Penambahan bingkai
persepsual ini terjadi ketika orang yang menghadapi problem atau masalah
kemudian tanpa sadar seolah-olah ia melihat adanya bingkai tersamar (pembatas)
yang mengelilingi di sekitar problem tersebut. Padahal, sesungguhnya bingkai
itu tidak ada, dan hanya ada di dalam bayangan persepsi seseorang. Bingkai
tersemar ini kemudian membatasi gerak langkah orang tersebut dalam mencari
jalan keluar atas persoalan yang sedang dihadapi.
kak boleh minta referensi bukunya nggak?
BalasHapus