KONSEP DIRI MAHASISWA PENGHAFAL AL-QUR’AN
ARFIN NURMA HALIDA – 10410003 FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan IPTEK saat ini menuntut Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
untuk dapat bersaing dengan negara lain. Dengan demikian mutupendidikan kita
harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan
negara lain. Hal tersebut diperlukan karena akan menjadipenopang utama
pembangunan nasional yang mandiri dan berkeadilan sertamenjadi jalan keluar
bagi bangsa Indonesia untuk terlepas dari kemiskinan danpengangguran.Pendidikan
sebagai langkah perwujudan sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas
harus perlu ditingkatkan.
Lembaga pendidikan saat ini dituntut untuk dapat menghasilkan
manusia yang mampu mengemban tugas negara sebagai pelaksana dalam pembangunan,
karena pada dasarnya proses pembangunan sangat membutuhkan peran aktif dari
sumber daya manusia yangprofesional dan berkualitas.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 berbicara tentang sistem
Pendidikan Nasional bab I pasal I, pendidikan di definisikan sebagai sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian ,kecerdasan dan ketrampilan yang
diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara
Untuk membentuk suatu konsep diri yang baik, terlebih dahulu harus
mengenal diri sendiri, karena diri (self) merupakan suatu kunci utama dari
rangka kehidupan. (James, 1902, dalam Jerselid, 1954), mengatakan diri merupakan
komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai
eksistensi individualitasnya, pengamatannya, tentang apa yang merupakan
miliknya, pengertiannya mengenai siapa dia itu, perasaannya tentang
sifat-sifatnya, kualitasnya dan segala miliknya.
Sudah menjadi kewajiban seluruh umat islam untuk mempelajari dan
memahami ayat-ayat Al Qur'an, karena Al Qur'an adalah kitab suci bagi umat
islam yang diyakini kebenarannya, karena didalamnya terdapat kandungan –
kandungan hukum yang mengatur tata hidup manusia. Banyak sekali hadis – hadis
Nabi yang menjelaskan tentang betapa pentingnya mampelajari Al Qur'an. Seperti
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Thoroni ;
عن أنس رضي الله
عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من علم ابنا له القرآن نظراغفر له ما تقدم
من ذنبه وما تأخر ومن علمه إيا ه ظاهرا فكلما قرأ الابن اية رفع الله بها للأبي درجةحتى
ينتهي الى اخر ما معه رواه الطبرني
Artinya
;
Dari Annas r.a. berkata; Rosululloh Saw. Bersabda "Barang
siapa yang mengajarkan Al Qur'an terhadap anaknya dengan membaca, maka dosa –
dosanya yang lampau dan yang akan datang akan diampuni. Dan barang siapa yang
mengajarkan Al Qur'an terhadap anak – anaknya dengan menghafal, maka Allah
mengangkat derajatnya ketika anaknya membaca Al Qur'an[1]." HR. Imam
Thobroni.
Dari
uraian hadis diatas dapat dipahami bahwa betapa pentingnya orang tua
mengajarkan Al Qur'an terhadap anak – anaknya, apalagi sampai pada tahap
menghafalkannya. Dalam hadis yang juga disebutkan,
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم ,اشرف امتي حملة القرآن واصحاب الليل الحديث
Artinya,
Rosululloh
bersabda "Umatku yang paling mulia adalah yang hafal Al Qur'an dan yang
selalu menjalankan sholat malam" Al hadis.
Namun disisi lain umat islam juga dituntut untuk mempelajari ilmu
pengetahuan umum yang berkaitan erat dengan kehidupan dunia sebagai bekal untuk
hidup dan untuk menyesuaikan zaman agar umat islam tidak tertinggal utamanya
dikalangan santri – santri Pondok Pesantren.
Berdasarkan pengantar diatas, dapat dimengerti pentingnya belajar bagi insan dalam rangka
mengenal dan mengetahui kejadian dan peristiwa alam yang terjadi sebagai modal
untuk mengenal lebih lanjut peristiwa yang terjadi disekitarnya. Didalam agama
islam semua kejadian – kejadian yang ada didunia ini telah termaktub dalam Al
Qur'an sebagai Kalam Allah yang harus dipelajari dan dimengerti oleh setiap
umat islam sebagai pedoman hidup dalam melakukan aktifitas sehari – hari serta
untuk memahami dan mengetahui lebih jauh tentang peristiwa yang terjadi.
B. Rumusan Masalah
1
Bagaimana
Konsep diri mahasiswa penghafal Al-Qur’an di Fakultas Psikologi UIN Malang ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui konsep diri mahasiswa penghafal Al-Qur’an di Fakultas Psikologi
UIN Maliki Malang
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
KONSEP DIRI
1.
Pengertian
Konsep diri merupakan tema utama psikologi humanistik yang muncul
belakangan ini, pembicaraan tentang konsep dapat di lacak sampai William James.
James"The I", diri yang sadar dan aktif dan "The Me", diri
yang menjadi obyek renungan kita. Menurut William James, ada dua jenis diri,
yaitu "diri" dan "aku". Diri adalah Aku sebagaimana
dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai obyek (Objective Self), sedangkan
Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir dan berkehendak
(Subjective Self).
(Beck,Willam dan Rawlin,1986:293),Mengatakan terdapat banyak aspek
yang menyangkut diri adalah sesuatu yang biasa bagi Psikologi. Ada lima aspek
dari Diri yaitu :
1.
Fisik diri,
termasuk tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung didalamnya, walaupun
banyak orang mengidentifikasikan diri mereka lebih pada akal pikiran dari pada
dengan tubuh mereka sendiri.
2.
Diri sebagai
proses, suatu aliran akal pikiran, emosi, dan perilaku yang kontan.
3.
Diri sosial,
merupakan sebuah konsep yang penting bagi ahli ilmu-ilmu sosial. Diri sosial
terdiri atas akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respon secara
umum terhadap orang lain dan masyarakat.
4.
Konsep diri, suatu pandangan pribadi yang
memiliki seseorang tentang dirinya masing-masing.
5.
Cita diri,
merupakan faktor yang paling penting dari perilaku dan berkaitan erat dengan
konsep diri.
Willian D. Brooks dalam bukunya "Speech Communication",
mengatakan "self concept then, can be defined as those physical, social,
and psychological perceptions of our selves that we have from experiences and
our interaction with others", konsep diri ialah semua presepsi kita
terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek
psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang
lain.
Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang
secara perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang
diri yang mengatakan "apa dan siapa sebenarnya aku" dan "apa
sebenarnya yang harus aku perbuat". Untuk menunjukan apakah konsep diri
yang konkret sesuai atau terpisah dari perasaan dan pengalaman organismik,
Rogers mengajukan dua konsep diri yaitu :
1.
Incongruence :
Ketidaksesuaian antara konsep diri dan pengalaman organismik
disebabkan adanya persaingan diri yang mendasar dalam individu. Dalam hal ini,
individu merasa diancam dan takut karena. Dia ternyata tidak mampu menerima
secara terbuka dan fleksibel semua pengalaman dan nilai orgnaismik dalam konsep
dirinya yang terlalu sempit. Akibat dari semua ini ialah konsep diri utuh,
tingkah lakunya definsif, pikirannya kaku dan picik.
2.
Congruence :
Situasi saat pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam
sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan asli.
2.
Faktor-Faktor
yang mempengaruhi Konsep Diri
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri, Jalaluddin Rakhmat (1994) membagi 4
faktor yaitu :
a.
Orang lain
Kita
mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu.
b.
Significant Others
Dalam
perkembangannya, meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan
perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita dan
menyentuh kita secara emosional.
c.
Affective
Others
Orang
lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita. Dari merekalah secara
perlahan-lahan, kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan
dan pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif.
Sebaliknya ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang diri kita
secara negatif.
d.
Kelompok
rujukan (Reference Group)
Dalam
pergaulan masyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap
kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Ada kelompok yang secara emosional
mengikat kita, dan berpengaruh pada konsep diri kita. Dengan melihat kelompok
ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri
kelompoknya.
B.
Tinjauan
Tentang Program Hafalan Al Qur'an
1. Pengertian
Program dan Hafalan
Istilah kata program adalah berasal dari bahasa Inggris
"Programma" yang berarti sebuah rancangan mengenal asas kata serta
usaha untuk mengerjakan sesuatu. Sedangkan kata hafalan adalah terjemahan dari
kata "Hafadha"yang berarti penjagaan terhadap sesuatu tanpa melihat
tak yang ada pada buku.
2. Pengertian
Al Qur'an
Pengertian Al Qur'an secara bahasa adalah bacaan, karena kata Al
Qur'an adalah bentuk masdar dari fiil madli قرأ-يقرأ-قرأن
[21]. Sedangkan pengertian Al Qur'an secara
istilah terdapat beberapa pendapat antara lain :
a. Chudlori
Beik mendefinisikan sebagai berikut ;
القرأن هو اللفظ
العربى المنزل على محمد لتدبر وتذكر المنقل متوترا وهو ما بين دفتين المبتؤبسرة الفاتحة
والمختوم بسورة الناس المتعبد بتلاوته
Artinya :
"Al
Qur'an adalah Kitabulloh yang memakai lafadh Arab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad untuk dimengerti dan dipelajari yang disali dengan jalan mutawattir,
ditulis diantara dua sampul yang dimulai dengan fatihahdan diakhiri dengan
surat An Nas dan bernilai ibadah dalam membacanya
b. Masyhurul
Ulama' mendefinisikan sebagi berikut ;
Al
Qur'an adalah Kalamulloh yang diturunkan kepada Muhammad melalui malaikat
Jibril yang mengandung mu'jizat yang disalin dengan jalan mutawattir dan
benilai ibadah bagi yang membacanya
c. Subhi Shohih
mendefinisikan sebagai berikut ;
Kalamulloh
yang merupakan yang diturunkan pada Nabi Muhammad dan ditulis dalam mushaf dan
diriwayatkan secara mutawattir serta membacanya adalah ibadah
Berdasarkan dari definisi diatas dapat diambil suatu pengertian
bahwa arti dari program hafalan Al Qur'an adalah rencana menghafalkan ayat –
ayat Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara keseluruhan dari
surat Al fatihah sampai surat An Nas dengan tujuan ibadah pada Allah dan
menjaga Al Qur'an dari kesalahan.
3. Kedudukan Al
Qur'an dalam Islam
Dalam
islam Al Qur'an mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, karena Al Qur'an selain
sebagai kitab suci bagi orang islam juga sebagai sumber hukum yang pertama dan
sebagai rujukan untuk menuntaskan perselisihan sebagaimana firman Allah QS. An
Nisa' : 59
ياأيهاالذين امنوااطيعواالله
والرسول واولى الأمر منكم فان تنازعتم فى شيئ فردوه الى الله والرسول ان كنتم تؤمنون
بالله واليوم الأخر
"Wahai
orang – orang yang beriman taatlah kamu semua pada Allah dan Rosul dan orang –
orang yang mengatur Pemerintahan dari kamu semua dan apabila kalian berselisih
terhadap sesuatu maka kembalikan pada Allah dan Rosul apabila kamu semua
beriman pada Allah dan hari akhir". QS. An Nisa' : 59
Bagi kalangan muslim ortodoks Al Qur'an tidak sebagai firman Allah
yang abadi (Unkreated) dan sebagai sumber hukum akan tetapi tidak sedikit yang
ekspresikan dengan memakai unsur – unsur yang diciptakan seperti kata – kata,
suara dan huruf, tetapi juga sebagai pola semua kesempurnaan linguistik
meskipun bukan puisi. Seperempat terakhir kandungan Al Qur'an merupakan ayat –
ayat yang puitisnya sangat tinggi.
b. Kedudukan Al
Qur'an selain sebagai sumber hukum juga sebagai petunjuk bagi orang – orang
yang tahu dalam hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqoroh ; 2
ذلك الكتب لاريب
فيه, هدا للمتقين
"Kitab ini
tidak ada keraguan sama sekali didalamnyapetunjuk bagi orang – orang yang
taqwa".QS. Al Baqoroh ; 2.
Dengan demikian
maka barang siapa menjadikan didalamnya sebagai petunjuk maka baginya akan
tidak tersesat sebagaimana hadits Rosululloh ;
تركت فيكم امرين
ان تمسكتم بهما لن تضلوا ابدا كتاب الله وسنة رسوله
"Aku
tinggalkan bagimu dua perkara apabila kamu berpegang padanya maka kamu tidak
akan tersesat selamanya, yaitu Al Qur'an dan sunnah Rosul[26].
c.
Kedudukan Al Qur'an dalam islam selain sebagai sumber hukum yang utama dan
sebagai petunjuk bagi orang – orang yang taqwa juga sebagai pemberi peringatan
kepada seluruh alam. Dalam surat Al Furqon dijelaskan sebagai berikut
تبارك الذين نزل
الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
"Maha Suci
Allah yang telah menurunkan Al Qur'an kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam". QS. Al Furqon ; 1.
4. Tujuan
Hafalan Al Qur'an
Apapuun
tujuan yang pokok dalam hafalan Al Qur'an adalah untuk menjaga kalamullah dari
penyelewangan yang di buat oleh orang –orang yang akan menghancurkan islam
serta menjaga keaslian ayat-ayat Al Qur'an.
5.
Manfaat Hafalan Al Qur'an
Diantara
sekian banyak manfaat menghafalkan Al Qur'an adalah :
1.
Melatih pribadi seseorang untuk berlaku disiplin dalam segala hal, karena
bagi seseorang yang menghafal Al Qur'an
dibentuk untuk selalu menjaga ayat-ayat Al Qur'an sampai datangnya ajal.Dalam
sebuah hadis disebutkan.
Artinya
:
Sesungguhnya
rasulullah bersabda barang siapa hafal Al Qur'an lalu ia melupakan maka ia akan
bertemu dengan Allah pada hari kiamat dengan keadaan sakit lepra.(HR. Abu
Dawud.)
2. Agar
mendapatkan ketentraman jiwa sebagaimana sabda Rosulullah
ما اجتمع قوم فى
بيت من بيوت الله بتلون كتاب الله ويتدارسونه الاانزلت عليهم السكينة عليهم وغشيهم
الرحمه وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنذه (رواه مسلم والترمذى وابن مجه وابو دود)
Artinya :
Tidaklah
kaum yang berkumpul dalam rumah – rumah Allah dengan membaca kitab Allah dan
mempelajari Al Qur'an melainkan baginya diturunkan ketenangan dan dihujani
rahmat dan di kelilingi malaikat dan mereka di sebut-sebut Allah di
sisinya." (HR. Muslim, Turmudzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud.)
3.
Doanya terkabulkan sebelum ia meminta. Rosululloh bersabda dalam hadits qudsi.
عن ابى سعيد الحذرى
: عن النبى صلى الله عليه وسلم قال : يقول الرب نحسانه وتعالى : من شغله القرأن وذكرى
عن مساء التى اعطيطه افضل ما اعطى السائلين (رواه البيهقى والدارمى والترمذى)
Artinya
:
Dari
Abu Said Al Hudry dari Rosululloh SAW bersabda Allah berfirman
"Barangsiapa disibukkan dengan Al Qur'an dan mengingatku sehingga dia
tidak sempat memohon kepada-Ku, maka Aku berikan yang lebih baik dari orang –
orang yang meminta kepada-Ku". (HR.Baihaqi, Ad-Darimi dan Turmudzi)
4.
Tajam ingatannya dan bersih instuisinya.
Ketajaman ingatannya dan kebersihan
instuisinya itu muncul Karena seorang penghafal Al Qur'an selalu berupaya
mencocokkan ayat – ayat yang dihafalkannya dan membandingkan ayat – ayat
tersebut keporosnya, baik dari segi lafadh maupun dari segi pengertiannya.
Sedangkan bersihnya instuisi itu timbul karena seorang penghafal Al Qur'an
senantiasa berada dalam lingkungan
dzikrulloh dan selalu dalam kondisi keinsyafan yang selalu meningkat,
karena ia selalu mendapat peringatan dari ayat – ayat yang dibacanya. Nabi
bersabda ;
ان القلوب لنصد
أكما يصدأ الحديد قيل يا رسو ل الله وما جلائها قال قرأة القرأن (رماه ابو دود)
Artinya ;
"Sesungguhnya
hati itu mesti berkarat sebagaimana besi, kemudian sahabat bertanya ; Wahai
Rosululloh apa penawarnya ? Jawab Nabi (penawarnya) adalah baca Al
Qir'an". (HR Abu Dawud)
5.
Memiliki identitas yang baik dan berprilaku jujur.
Seorang
yang hafal Al Qur'an sudah selayaknya bahkan menjadi kewajiban untuk berprilaku
jujur dan berjiwa Qur'ani. Identitas demikian akan selalu terpelihara karena
jiwanya akan selalu mendapatan peringatan – peringatan dari ayat – ayat Al
Qur'an yang dihafalkannya. Betapa indah identitas yang diberikan Rosululloh
kepada para pembaca Al Qur'an. Dalam sebauh hadis disebutkan
عن ابى موسى الأشعرى
رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مثل المؤمن الذىيقرأ القرأن
ثل الأترجه ريحها طيب وطعمها طيب, ومثل المؤمن الذى لايقرأ القرأن كمثل التمرة لاريح
لها وطعمها حلو ومثل المنافق الذى يقرأ القرأن مثل الريحانه ريحها طيب وطغمها مر, ومثل
المنا فق الذى لايقرأ القرأن كمثل الحظلة ليس لها ريح وطعمها مر (متفق عليه)
Artinya
;
Dari
Abi Musa Al Asy'ari berkata Rosululloh bersabda perumpamaan orang mukmin yang
membaca Al Qur'an bagaikan buah jeruk, baunya harum dan rasanya manis.
Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan buah kurma,
tidak ada baunya tapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafiq yang membaca Al
Qur'an bagaikan parfum, baunya harum rasanya pahit. Perumpamaan orang munafiq
yang tidak membaca Al Qur'an bagaikan buah kamoragan, tidak berbau tapi rasanya
pahit". (Muttafaqun Alaih)
6.
Fasih dalam
bicara
7.
Orang banyak
membaca Al Qur'an akan membentuk ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fanetik
Arab pada landasannya secara alami. Allah berfirman
وانه لتنزيل رب
العالمين, نزل به الروح الأمين, على قلبك لتكون من المنذرين, بلسانك عربي مبين. (الشعرء)
Artinya
;
Dan
sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun
oleh Ar Ruhul Al Amin. Kedalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang diantara
orang – orang yang memberi peringatan. Dengan Bahasa Arab yang jelas".
(QS. Asy Syu'aro')
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan,
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah atau medan terjadinya
gejala. Secara metodologik peneliti mengumpulkan data, menganalisanya
danmenarik kesimpulan. Dan hal yang penulis perhatikan adalah kutipanpendapat
dan dokumen-dokumen kepustakaan. Pendekatan Penelitian Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis yaitu mendiskripsikan
ataupun menafsirkan hasil penelitian yang ditemukan dengan keadaan sebenarnya
dengan tidak menggunakan prosedur statistik atau perhitungan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulandata
sebagai berikut:
1.
Metode
Observasi yaitu: suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan danpencatatan
yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yangdiselidiki.
2.
Metode
Dokumentasi yaitu: suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun danmenganilisis
dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambarmaupun elektronik
3.
Metode
Interview adalah pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yangdikerjakan
dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuanpenelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Didalam Al-Quran disebutkan, dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya; sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (Q.S.91:7-10). Jadi manusia
diberi pengetahuan tentang hal-hal yang positif dan negatif. Selanjutnya
manusia mempunyai kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan dia tempuh.
Manusia punya potensi untuk menjadi jahat, sebagaimana ia juga punya potensi
untuk menjadi baik.
Agama (Islam) datang untuk mempertegas konsep diri yang positif
bagi umat manusia. Manusia adalah makhluk yang termulia dari segala ciptaan
Tuhan (Q.S.17:70). Karena itu, ia diberi amanah untuk memimpin dunia ini
(Q.S.2:30). Walaupun demikian, manusia dapat pula jatuh kederjat yang paling
rendah, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh (Q.S.95:6).
Keimanan akan membimbing kita untuk membentuk konsep diri yang positif, dan
konsep diri yang positif akan melahirkan perilaku yang positif pula, yang dalam
bahasa agama disebut amal sholeh. Tidak sedikit ayat-ayat yang terdapat dalam
Al-Quran yang menyebut kata iman dan diiringi oleh kata amal (allazina amanu wa
amilus-sholihat), ini bukan saja menunjukkan eratnya hubungan diantara keduanya,
tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya iman dan amal tersebut, sehingga
nilai seseorang ditentukan oleh iman dan amalnya juga. Sesungguhnya Allah Taala
tidak akan melihat kepada bentuk (rupa) kamu, tidak pula keturunan (bangsa)
kamu, tidak juga harta kamu; tetapi , ia melihat kepada hati kamu dan amal
perbuatan kamu. (H.R.At-Thabrani). Semua manusia adalah sama disisi Allah, yang
lebih mulia hanyalah orang yang paling bertakwa (Q.S.49:13).
Memang diakui adanya kemungkinan seseorang akan dapat dipengaruhi
oleh lingkungan teman sepergaulannya sebagai reference group (Q.S.2:14; 17:73;
37:51-53; 41:25; 43:67) dan bujuk rayu syaithon (Q.S.4:38; 6:43; 8:48;
25:28-29; 27:24), tetapi semua itu tidak akan berbekas jika seseorang memiliki
keimanan yang tangguh (Q.S.5:105; 17:65). Itulah sebabnya Rasulullah saw.
menghabiskan masa 13 tahun di Mekah untuk menanamkan keimanan kepada para
pengikutnya.
Para psikolog modern dikemudian hari menyadari betapa pentingnya
nama dalam membentuk konsep diri, secara tak sadar orang akan didorong untuk
memenuhi citra (image) yang terkandung didalam namanya. Teori Labelling
(penamaan) menjelaskan kemungkinan seseorang menjadi jahat karena masyarakat
menamainya atau menggelarinya sebagai penjahat.
Islam juga menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak,
terutama dalam keluarga. Pendidikan yang diterima seseorang dimasa kecil akan
dapat mempengaruhi konsep dirinya dikemudian hari.
1.
Keadaan
Psikologis mahasiswa penghafal Al-Qur’an.
Sebagaimana tahap perkembangan psikologis dalam kategori dewasa
awal yaitu menuju ke arah pemikiran yang kematangan, diantaranya : emotional
stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang lain jika menghadapi
kegagalan, toleransi dan optimistis.
2.
Keadaan sosial
kemasyarakatan santri.
UIN Maliki Malang merupakan lembaga pendidikan yang berlatar
belakangkan pondok pesantren dan disertai dengan lingkungan masyarakat yang multikultural,
yaitu tempat berkumpulnya berbagai macam karakter individu dari berbagai latar
belakang budaya yang berbeda. Mereka berkumpul di tempat yang sama dan
berinteraksi satu sama lain dalamkurun waktu tertentu.
3.
Keadaan
kepribadian mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara penulis, keadaan
kepribadian para mahasiswa penghafal Al-Qur’an berkembang dengan baik. Para mahasiswa
berkembang menjadi pribadi yang belajar berdisiplin dan bertanggungjawab. Hal
ini karena kegiatan mereka dalam menghafal Al-Qur’an telah didukung oleh
lembaga resmi universitas yaitu HTQ, jadi mahasiswa mampu mengatur jadwal
mereka dengan baik sehingga tidak mengalami kres dengan kegiatan
perkuliahannya.
4.
Keadaan
keagamaan mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Keadaan keagamaan mahasiswa berkembang dengan baik,mereka
mengamalkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Fasilitas yang diberikan oleh
universitaspun mampu mendukung perkembangan kegiatan keagamaan.
5.
Mekanisme
setoran hafalan kepada ustadz
Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu:
a.
Menyetorkan
hafalan baru. Dalam menyetorkan hafalan baru, biasanya santri
menyetorkanhafalan sebanyak 1 halaman, yang dilaksanakan ba’da shalat shubuh.
b.
Mengulang
hafalan yang telah diperoleh Hafalan yang telah diperoleh harus diperdengarkan
kembalikepada ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali adalah sebanyak
5 halaman
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mengahafal al-Qur’an bukanlah pekerjaan
yang mudah, butuh kesabaran, ketelatenan dan juga waktu khusus. Seseorang yang
memutuskan menghafal al-Qur’an secara tidak langsung diatelah berjanji kepada
dirinya dan juga kepada Allah untuk menjalankan hidup sesuai dengan
ajaran-ajaran al-Qur’an.
Mahasiswa dengan rentan usia 17-21 tahun (masa dewasa awal) cukup
banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah dihadapi
dan tidak mampu diatasi. Dengan adanya sebuah tanggungjawab besar bagi
penghafal Al-Qur’an adanya konsep diri yang matang harus imiliki oleh mereka.
Agar mereka tidak tergoyahkan dan tetap bisa mengeban tanggungjawab tersebut.
Adapun usia setelah 23 tahun adalah saat kemampuan hafalan mulai
menurun,sementara kemampuan untuk memahami dan menelaah makin meningkat.Asumsi
di atas sebagaimana pepatah arab mengatakan:
ﺮﺠﳊﺍ ﻰﻠﻋ ﺶﻘﻨﻟﺍﺎﻛﺭﺎﻐﺼﻟﺍ
ﰱ ﻢﻠﻌﺘﻟﺍﳌﺍ ﻰﻠﻋ ﺶﻘﻨﻟﺍﺎﻛ ﱪﻜﻟﺍ ﰱ ﻢﻠﻌﺘﻟﺍﻭﺀﺎ
Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan
belajar padausia dewasa bagaikan mengukir di atas air.Berdasarkan hasil studi
longitudinal yang dilakukan oleh Bloom(1954), bahwa dengan berpatokan kepada
hasil tes IQ pada usia 17 tahun darisekelompok subyek, dapat dibandingkan
dengan hasil-hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang ditempuh oleh subyek
yang sama, akan dapat dilihatperkembangan presentase taraf kematangan dan
kesempurnaan IQ sebagai berikut:
1. usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20% - nya.
2. usia 4 tahun berkembang sampai sekitar 50% - nya.
3. usia 8 tahun berkembang sampai sekitar 80% - nya.
4. usia 13 tahun berkembang sampai sekitar 92% - nya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
1.
Keadaan
Psikologis mahasiswa penghafal Al-Qur’an.
Sebagaimana tahap perkembangan psikologis dalam kategori dewasa
awal yaitu menuju ke arah pemikiran yang kematangan, diantaranya : emotional
stability, sense of reality, tidak menyalahkan orang lain jika menghadapi
kegagalan, toleransi dan optimistis.
2.
Keadaan sosial
kemasyarakatan santri.
UIN Maliki Malang merupakan lembaga pendidikan yang berlatar
belakangkan pondok pesantren dan disertai dengan lingkungan masyarakat yang multikultural,
yaitu tempat berkumpulnya berbagai macam karakter individu dari berbagai latar
belakang budaya yang berbeda. Mereka berkumpul di tempat yang sama dan
berinteraksi satu sama lain dalamkurun waktu tertentu.
3.
Keadaan
kepribadian mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Sebagaimana hasil pengamatan dan wawancara penulis, keadaan
kepribadian para mahasiswa penghafal Al-Qur’an berkembang dengan baik. Para mahasiswa
berkembang menjadi pribadi yang belajar berdisiplin dan bertanggungjawab. Hal
ini karena kegiatan mereka dalam menghafal Al-Qur’an telah didukung oleh
lembaga resmi universitas yaitu HTQ, jadi mahasiswa mampu mengatur jadwal
mereka dengan baik sehingga tidak mengalami kres dengan kegiatan
perkuliahannya.
4.
Keadaan
keagamaan mahasiswa penghafal Al-Qur’an
Keadaan keagamaan mahasiswa berkembang dengan baik,mereka
mengamalkan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Fasilitas yang diberikan oleh
universitaspun mampu mendukung perkembangan kegiatan keagamaan.
5.
Mekanisme
setoran hafalan kepada ustadz
Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada ustadz, yaitu:
c.
Menyetorkan
hafalan baru. Dalam menyetorkan hafalan baru, biasanya santri
menyetorkanhafalan sebanyak 1 halaman, yang dilaksanakan ba’da shalat shubuh.
d.
Mengulang
hafalan yang telah diperolehHafalan yang telah diperoleh harus diperdengarkan kembalikepada
ustadz, jumlah hafalan yang diperdengarkan kembali adalah sebanyak 5 halaman